TOPIK MINGGU: YESUS SANG RAJA
YANG MAHAMULIA
Minggu Estomihi (2 Petrus 1:16-21)
Pendahuluan
Surat 2 Petrus ini ditulis dalam rangka meneguhkan dan
mendorong umat Tuhan untuk tidak mundur dalam iman mereka karena disesatkan
oleh berbagai ajaran yang tidak bertanggung jawab dari pengajar sesat. Umat
Tuhan harus mampu menangkis berbagai serangan terhadap iman mereka orang
Kristen yang tidak bertumbuh pasti akan mundur imannya.
Isi
Dalam nats khotbah
kita pada minggu ini, petrus ingin memberikan nasihat atau pesan kepada kita
agar kita tetap hidup dalam Anugrah Allah dan berpegang teguh dalam kebenaran
yang mereka terima. Kebenaran yang dimaksud adalah bahwasanya Yesus Kristus
telah datang ke dunia untuk menjadi juruslamat.
Itu lah sebabnya Petrus berkata apa yang mereka
beritahukan kepada jemaat, baik itu kuasa dan kedatangan Tuhan Yesus Kristus
sebagai raja bukan lah dongeng isapan jempol manusia. Tetapi semua itu benar
adanya. Mereka sendiri bahkan menjadi saksi mata atas kebesaran-Nya. Mereka
sendiri menyaksikan, bagaimana Yesus menerima kehormatan dan kemuliaan dari
Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang
mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Petrus tentu saja punya maksud, mengapa ia kembali
menegaskan tentang kesaksian mereka. Tentu akan ada banyak hal yang berusaha
mengaburkan kebenaran itu, karena itu lah ia kembali menegaskannya. Di
ayat-ayat yang selanjutnya, Petrus mengingatkan para jemaat agar selalu waspada
terhadap para nabi dan guru palsu yang bisa saja akan menyangkal Penguasa yang
telah menebus mereka (lih. 2 Petrus 2:1). Pesan Petrus ini bisa jadi salah satu
alasan mengapa ia kemudian menegaskan pesannya.
Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya
berita hoax. Hoax merupakan cara yang dipakai seseorang untuk mengaburkan
kebenaran yang ada, dengan maksud dan tujuan tersendiri untuk kepentingaan
mereka. Sehinggah apabili kita tidak berhati hati kita bisa saja menjaadi
korban dari berita hoax tersebut. Ini lah sebab nya petrus menegaskan kepada
kita untuk tetap berhati-hati terhada nabi atau guru palsu yang akan
mengaburkan kebenaran dari Tuhan.
Jemaat yang terkasih, Jika kita
perhatikan pada ayat 17 jelas disampaikan bahwa Petrus menyaksikan Yesus
menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa. Apa bukti bahwa Yesus
menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa? Hal ini dibuktikan ketika
terdengaar suara dari Yang Maha Mulia yang menyatakan “Inilah Anak yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Berdasarkan pemahaman yang demikian
bahwa Petrus pada saat itu bukan hanya sebatas sebagai saksi tetapi Petrus
berusaha untuk bersaksi akan apa yang disaksikannya.
Ketidakpercayaan dalam hidup tentu saja bisa terjadi.
Sama seperti murid yang kurang percaya. Mereka sudah bersama dengan Yesus dan
menyaksikan karya ajaib dan mujizat-mujizat yang Yesus buat, tapi mereka masih
saja kurang percaya. Hal yang sama bisa terjadi dalam hidup kita. Memang kita
mengaku percaya kepada Yesus, mengaku sebagai orang yang percaya, rajin
beribadah dan berdoa namun ketika diperhadapkan dengan berbagai macam tantangan
dan persoalan hidup, kita langsung kehilangan sukacita dan damai sejahtera.
Bahkan masalah dan persoalan yang kita alami sering kali membuat kita
kehilangan kuasa dan kepekaan untuk terus mengandalkan Tuhan. Kita terlalu
fokus pada masalah sehingga mengesampingkan Tuhan dan kuasa-Nya. Ingatlah apa
yang dikatakan oleh Yesus, jika kita percaya, jika kita punya iman sebesar biji
sesawi saja, maka kita akan dapat memindahkan gunung dan tidak akan ada yang
mustahil, yang artinya apabila kita mengidupi iman kita di dalam kehidupan kita
maka kita akan di selamatkan.
Terakhir Petrus mengingatkan agar nubuat-nubuat dalam Kitab
Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, karena nubuat tidak
dihasilkan oleh kehendak manusia, melainkan oleh dorongan Roh Kudus orang-orang
berbicara atas nama Allah. Sangat menarik Petrus menyampaikan ini sebagai pesan
penutupnya di pasal ini. Karena pesan ini berkaitan dengan dorongan, agar
jemaat hidup dengan saleh dan berpegang pada kebenaran, dalam masa penantian
akan kedatangan Kristus. Ketika menafsir Alkitab, selalu diingatkan agar kita
jangan menggunakan dengan metode eisegese, yang berarti kita menafsir dengan
memasukkan pemikiran kita sendiri, tapi kita harus menafsir menggunakan metode
exegese, biarkan firman atau teks Alkitab yang berbicara kepada kita. Biarkan
Alkitab sendiri yang berbicara kepada kita.
Penutup ( kesimpulan)
Berdasarkan firman ini kita diajak untuk
merefleksikan apakah kita sudah mengakui bahwa Yesus adalah Raja Yang Mulia?
Atau justru sebaliknya kita menjadi Raja untuk Tuhan? sering kali kita
menyebutkan bahwa Yesus adalah Raja dan Juruselamatku. Akan tetapi realita yang
terjadi kita menempatkan diri menjadi Raja dihadapan Tuhan. Mengapa demikian?
Dalam kehidupan ini kita sering memaksakan kehendak kita untuk dikabulkan oleh
Tuhan. menganggap bahwa segala sesuatu yang berasal dari pikiran kita adalah
yang baik dan benar sehingga kita lupa bahwa ada Yesus sebagai raja atas hidup
kita.
Oleh sebab itu marilah kita tetap berpengharapan kepada Tuhan dan tetap teguh
didalam iman kepada-Nya. AMIN
Gilbert Aron Simanullang
Mahasiswa Fakultas Teologi
UKSW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar