Kamis, 09 Juni 2022

BAHAN SERMON GURU SEKOLAH MINGGU KELUARAN 20:4-6

                                         SERMON GURU SEKOLAH MINGGU

HKBP RESORT KISARAN

DISTRIK XII ASAHAN LABUHAN BATU

 

KELUARAN 20:4-6

 

                                                    AKU MAU CINTA KEPADA ALLAH

 

KHOTBAH MINGGU 12 JUNI 2022

DI  HKBP KISARAN KOTA

Tujuan Pembelajaran.

  1. Agar ASM Mengenal Allah dengan Cara yang benar
  2. Agar ASM  Mampu mengucapkan dan Memahami Hukum Taurat II
  3. Agar ASM mampu melakukan Ibadah dan doa yang benar kepada Tuhan
  4. Agar ASM Tidak menyembah Patung  yang menyerupai apapun menjadi tandingan Allah

 

Penjelasan

Keluaran 20:4-6 merupakan bagian dari perikop Kesepuluh Firman atau yang lebih dikenal dengan 10 Perintah Allah atau 10 Hukum Taurat. Sepuluh Perintah Allah ini diberitahukan kepada Musa di Gunung Sinai, dalam perjalanan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, dimana mereka diperbudak.

            Ketika Bangsa Israel berada di Mesir, mereka melihat figure allah atau dewa berupa patung-patung, ukiran-ukiran. Misalnya Dewa Ra, Dewa Anubis, Dewa Sobek.

Allah yang Benar, tidak menginginkan bangsa Israel membuat patung dewa-dewi seperti itu. Karena itu Allah menyatakan sebuah larangan membuat patung allah, “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya,” (Kel. 20:4-5a).

 

            Bangsa Israel dilarang untuk membuat gambar, ukiran, pahatan dari dewa-dewa yang menyerupai apapun. Baik itu benda-benda langit (matahari, bulan, bintang-bintang, dll), yang ada di bumi & yang ada di air (berbagai bentuk hewan, tumbuhan, dll).

            Dan  jangan sujud dan beribadah kepada patung-patung tersebut. Kata “Sujud” merunjuk pada sikap tubuh di hadapan patung tersebut. Misalnya: bersujud sampai ke tanah, membungkukkan badan, mencium bagian dari patung, mengangkat tangan menyembah patung. Kata “beribadah” merujuk pada sikap hati atau roh terhadap patung tersebut. Misalnya: berdoa kepadanya, mempersembahkan korban, memberi makan, memuji atau menyanyikan pujian, mempercayai dan mengharap hal-hal baik datang dari patung tersebut.

 

            Ayat 5b menegaskan sikap Allah terhadap orang/ umat yang melanggar larangan tersebut. Allah menghukum hingga keturunan yang ketiga dan keempat dari penyembah berhala, “Aku …membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku.”

            Kata “bapa” itu merujuk pada orangtua atau leluhur, bukan hanya ayah/pace/bapak. Orangtua yang percaya pada berhala akan memengaruhi anak-anak atau keturunannya. Murka Allah akan berlaku kepada anak-anak atau keturunan dari penyembah berhala. Jika si anak atau Keturunan tidak mengasihi Allah maka mereka terkena kutuk hukuman dari orangtua mereka.

            Mengapa sampai “keturunan ketiga dan keempat”? Karena biasanya seseorang dapat hidup dan melihat keturunannya yang ketiga dan keempat. Artinya, Allah membiarkan orangtua yang tidak taat dan penyembah berhala tersebut melihat dampak kemarahan dan hukuman Allah hingga dalam kehidupan keturunannya sampai ia meniggal dunia.

            Kabar baiknya adalah Jika ia bertobat atau keturunannya Berbalik dari penyambahan berhala dan mengasihi Allah yang benar, Maka kutuk hukum tersebut dipatahkan atau tidak berlaku lagi. Ayat 6 menyatakan, “tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu  orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan  yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.”

Tetapi tahukah kita, bahwa mungkin saja ada hal-hal lain yang secara tidak sadar kita posisikan sebagai patung dan kita sembah. Contohnya, televisi, artis idola kita, game online, dan lain sebagainya, bukankah hal-hal tersebut dapat dikatakan sebagai “berhala” kita? Berapa jam kita duduk di depan televisi atau di depan komputer bermain game? Bisa-bisa waktu kita untuk hal-hal tersebut mengalahkan waktu kita untuk Tuhan. Atau kita mengikuti tren artis idola kita, sampai-sampai kebiasaan mereka yang buruk pun kita tiru. Bukankah itu juga tidak berkenan di hadapan Tuhan?

Alkitab mengatakan agar kita mengutamakan Tuhan, tidak membuat “saingan” Tuhan dalam kehidupan kita. Jangan sampai hal-hal duniawi mengalahkan hal-hal rohani. Jangan sampai uang dan segala hal di dunia ini mengalahkan Tuhan dalam hati kita. Sudahkah kita menempatkan Tuhan di dalam hidup kita?

Bukankah kita harus mengasihi Tuhan sebagai hukum yang terutama (Mat 22:37-38)? Bukankah ketika kita mencari Tuhan terlebih dahulu maka Tuhan akan menambahkan yang lain dan bukan sebaliknya (Mat 6:33)? Ingat bahwa Tuhan adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan hingga keturunan orang-orang yang membenci Tuhan (ay. 5b, tetapi menunjukkan kasih setiaNya kepada orang-orang yang mengasihi Tuhan dan berpegang pada perintah-perintahNya (ay. 6).

Perintah kedua ini membahas tentang bagaimana cara umat menyembah Allah. Perintah ini mengandung makna sebagai berikut:

 1. Dilarang mematungkan Allah dengan cara atau bentuk apapun.

 2. Dilarang menyembah, berdoa dan memohon kepada patung atau berhala

 3. Dilarang melakukan ibadah dengan cara yang salah

PENERAPAN
1. Mengasihi dan Bermain dengan Teman

2. Mengasihi Keluarga

3. Memuji Tuhan, dan Mencintai Allah

4. Rajin Ke Gereja

5. Menolong Teman

                                                                                                                                   Pdt Budianto Sianturi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar