SERMON GURU SEKOLAH MINGGU
HKBP RESORT KISARAN
DISTRIK XII ASAHAN
LABUHAN BATU
KELUARAN 20:4-6
AKU MAU CINTA KEPADA
ALLAH
KHOTBAH MINGGU 12
JUNI 2022
DI HKBP KISARAN KOTA
Tujuan Pembelajaran.
- Agar ASM Mengenal Allah dengan Cara yang benar
- Agar ASM Mampu mengucapkan
dan Memahami Hukum Taurat II
- Agar ASM mampu melakukan Ibadah dan doa yang benar kepada Tuhan
- Agar ASM Tidak menyembah Patung yang menyerupai apapun menjadi tandingan
Allah
Penjelasan
Keluaran 20:4-6 merupakan bagian dari perikop Kesepuluh
Firman atau yang lebih dikenal dengan 10 Perintah Allah atau 10 Hukum
Taurat. Sepuluh Perintah Allah ini diberitahukan kepada Musa di Gunung Sinai,
dalam perjalanan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, dimana mereka diperbudak.
Ketika Bangsa Israel berada di Mesir, mereka melihat figure allah atau dewa
berupa patung-patung, ukiran-ukiran. Misalnya Dewa Ra, Dewa Anubis, Dewa Sobek.
Allah yang Benar, tidak menginginkan bangsa Israel
membuat patung dewa-dewi seperti itu. Karena itu Allah menyatakan sebuah
larangan membuat patung allah, “Jangan
membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau
yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah
bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya,”
(Kel. 20:4-5a).
Bangsa Israel dilarang untuk membuat gambar, ukiran, pahatan dari dewa-dewa
yang menyerupai apapun. Baik itu benda-benda langit (matahari, bulan,
bintang-bintang, dll), yang ada di bumi & yang ada di air (berbagai bentuk
hewan, tumbuhan, dll).
Dan jangan sujud dan beribadah kepada
patung-patung tersebut. Kata “Sujud” merunjuk pada sikap tubuh di
hadapan patung tersebut. Misalnya: bersujud sampai ke tanah, membungkukkan
badan, mencium bagian dari patung, mengangkat tangan menyembah patung. Kata
“beribadah” merujuk pada sikap hati atau roh terhadap patung
tersebut. Misalnya: berdoa kepadanya, mempersembahkan korban, memberi makan,
memuji atau menyanyikan pujian, mempercayai dan mengharap hal-hal baik datang
dari patung tersebut.
Ayat 5b menegaskan sikap Allah terhadap orang/ umat yang melanggar larangan
tersebut. Allah menghukum hingga keturunan yang ketiga dan keempat dari
penyembah berhala, “Aku …membalaskan
kesalahan bapa kepada anak-anaknya kepada keturunan yang
ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku.”
Kata “bapa” itu merujuk pada orangtua atau leluhur, bukan hanya
ayah/pace/bapak. Orangtua yang percaya pada berhala akan memengaruhi anak-anak
atau keturunannya. Murka Allah akan berlaku kepada anak-anak atau keturunan
dari penyembah berhala. Jika si anak atau Keturunan tidak mengasihi Allah maka
mereka terkena kutuk hukuman dari orangtua mereka.
Mengapa sampai “keturunan ketiga dan keempat”? Karena biasanya seseorang dapat
hidup dan melihat keturunannya yang ketiga dan keempat. Artinya, Allah
membiarkan orangtua yang tidak taat dan penyembah berhala tersebut melihat
dampak kemarahan dan hukuman Allah hingga dalam kehidupan keturunannya sampai
ia meniggal dunia.
Kabar baiknya adalah Jika ia bertobat atau keturunannya Berbalik dari
penyambahan berhala dan mengasihi Allah yang benar, Maka kutuk hukum tersebut
dipatahkan atau tidak berlaku lagi. Ayat 6 menyatakan, “tetapi Aku menunjukkan
kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku
dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.”
Tetapi tahukah kita, bahwa
mungkin saja ada hal-hal lain yang secara tidak sadar kita posisikan sebagai
patung dan kita sembah. Contohnya, televisi, artis idola kita, game online, dan
lain sebagainya, bukankah hal-hal tersebut dapat dikatakan sebagai “berhala”
kita? Berapa jam kita duduk di depan televisi atau di depan komputer bermain
game? Bisa-bisa waktu kita untuk hal-hal tersebut mengalahkan waktu kita untuk
Tuhan. Atau kita mengikuti tren artis idola kita, sampai-sampai kebiasaan
mereka yang buruk pun kita tiru. Bukankah itu juga tidak berkenan di hadapan
Tuhan?
Alkitab mengatakan agar kita
mengutamakan Tuhan, tidak membuat “saingan” Tuhan dalam kehidupan kita. Jangan
sampai hal-hal duniawi mengalahkan hal-hal rohani. Jangan sampai uang dan
segala hal di dunia ini mengalahkan Tuhan dalam hati kita. Sudahkah kita
menempatkan Tuhan di dalam hidup kita?
Bukankah kita harus mengasihi
Tuhan sebagai hukum yang terutama (Mat 22:37-38)? Bukankah ketika kita mencari
Tuhan terlebih dahulu maka Tuhan akan menambahkan yang lain dan bukan
sebaliknya (Mat 6:33)? Ingat bahwa Tuhan adalah Allah yang cemburu, yang
membalaskan kesalahan hingga keturunan orang-orang yang membenci Tuhan (ay. 5b,
tetapi menunjukkan kasih setiaNya kepada orang-orang yang mengasihi Tuhan dan
berpegang pada perintah-perintahNya (ay. 6).
Perintah kedua ini membahas
tentang bagaimana cara umat menyembah Allah. Perintah ini mengandung makna
sebagai berikut:
1. Dilarang mematungkan Allah dengan cara atau
bentuk apapun.
2. Dilarang menyembah, berdoa dan memohon
kepada patung atau berhala
3. Dilarang melakukan ibadah dengan cara yang
salah
PENERAPAN
1. Mengasihi dan Bermain
dengan Teman
2.
Mengasihi Keluarga
3. Memuji
Tuhan, dan Mencintai Allah
4. Rajin
Ke Gereja
5.
Menolong Teman
Pdt Budianto Sianturi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar