Selasa, 03 September 2024

SONG LEADER DI HKBP

 

PELATIHAN SONGLEADER

OLEH: Dra. Julice Silitonga

 

 

I.                    PENDAHULUAN

Song leader merupakan kebutuhan gereja setiap ibadah untuk membantu jalan peribadahan itu sendiri dengan penuh khidmat. Dimana kita bergereja khususnya di HKBP sudah ada song leadernya. Untuk apakah ada song leader di gereja? Pentingkah ada song leader di gereja? Itu yang masih dalam pergumulan hingga saat ini. Karena masih banyak yang belum memahami sesungguhnya peran song leader di gereja yang sebenarnya. Yang dipahami saat ini, songleader itu hanya penyanyi yang menyanyikan Buku Ende/Buku Nyanyian di gereja saat beribadah. Tidak perduli apakah dia mampu/mengetahui membaca not dengan benar atau tidak, apakah tempo yang diinginkan sudah benar atau tidak, apakah rhythm nya benar atau tidak itu tidak menjadi soal bagi mereka, yang penting… TAMPIL. Disinilah mulai bergeser pengertian songleader, padahal peran songleader yang sebenarnya adalah pemandu lagu. Pemandu/guide bukanlah seorang yang luar biasa. Dia sama dengan yang lainnya, tapi dia sangat membantu ketidaktahuan orang menjadi tahu dan mengerti arti ataupun sejarah dari yang diberitakannya. Begitu juga dengan songleader, songleader hanyalah pemandu lagu, bukan penyanyi (itu sesuatu hal yang sangat berbeda). Songleader terdiri dari jemaat yang seharusnya mengetahui ilmu musik dasar dalam bernyanyi sehingga mereka dapat mengarahkan seluruh jemaat untuk dapat bernyanyi dengan baik dan benar. Jemaat selama ini bernyanyi berdasarkan pengalaman hidupnya turun-temurun (berdasarkan pendengaran saja) tanpa tahu apakah lagu itu sudah sesuai dengan yang tertulis. Untuk itulah fungsi songleader dalam hal ini agar jemaat dibimbing untuk tahu bahwa lagu yang selama ini mereka tahu sudah bergeser dari yang tertulis. Tapi, yang menjadi masalah saat ini songleader itu sendiri tidak juga mengerti akan ilmu musik sehingga arti dari songleader itu sendiri pun sudah tidak sesuai lagi (sudah menjadi penyanyi). Penyanyi bisa saja bernyanyi tidak mengikuti aturan yang sesungguhnya asalkan tidak lari dari harmonisasi lagu itu, sedangkan songleader wajib bernyanyi sesuai dengan aturan yang tertulis dalam buku nyanyian yang dibacanya dalam hal ini di HKBP adalah Buku Ende/ Buku Nyanyian HKBP kita. Disinilah peran songleader yang sesungguhnya, bahwa tanggungjawab yang paling besar adalah mampu membawakan lagu sesuai dengan tertulis.

Banyaknya jemaat bahkan Liturgis/Paragenda yang bernyanyi tidak sesuai dengan apa yang tertulis atau jiwa nyanyian itu sendiri sehingga dibentuklah tim songleader untuk membantu jemaat bagaimana menyanyikan Buku Ende yang selama ini salah dinyanyikan untuk diperkenalkan kepada jemaat dengan baik dan benar. Anehnya, songleader saat ini pun masih ada yang turut menyanyikan nyanyian dengan cara yang salah, sama dengan jemaat (walau tidak semua atau secara umumnya). Yang menjadi pertanyaan, adakah gunanya lagi songleader? Disinilah pemahaman yang sebenarnya yang harus dipegang oleh songleader. Bahwa fungsi songleader adalah memandu jemaat ke arah yang benar bukan malah ikut yang salah. Makanya diperlukan sekali memberikan pemahaman yang benar tentang fungsi songleader yang sebenarnya.

 

II.                 APA ITU SONG LEADER

Song = Nyanyian, Leader = Pemimpin/Pemandu; Songleader = Pemandu Nyanyian. Dalam hal ini di HKBP kita memakai Buku Ende HKBP yang terdiri dari 864 lagu/nyanyian di Buku Ende HKBP yang idealnya harus dapat dikuasai oleh songleader dan pemusik. Dari notasinya, rithym, birama, irama serta rasa lagu itu harus mampu dikuasai oleh songleader. Karena banyak sekali lagu-lagu dari Buku Ende itu yang salah dinyanyikan oleh jemaat. Disiniah peran songleader mampu memandu jemaat untuk dapat bernyanyi sesuai dengan yang tertulis dalam Buku Ende HKBP dengan benar. Jika songleader bernyanyi dengan kesalahan yang sama dengan jemaat berarti dia bukan songleader tapi dia hanyalah seorang penyanyi (contoh lagu BE No. 353 : Di Surgo Hasonangan I (Birama), 467 : Asi Ni RohaM Hupuji (rhythm), 476 Ndada Au Guru Di Au Be (pergantian birama), dll). Satu hal yang perlu diketahui oleh songleader, bahwa yang menjadi penyanyi utama dalam ibadah adalah jemaat, bukan songleader/liturgis. Jadi yang harus lebih diperhatikan oleh songleader dan pemain musik adalah mendahulukan jemaat dalam bernyanyi. Songleader dan pemain musik harus mampu mendengar suara jemaat, jika suara jemaat tidak terdengar oleh songleader, maka sudah bisa dipastikan songleader menutupi suara jemaat, dalam hal ini tidak ada artinya jemaat dalam bernyanyi (kita sering mendengar keluhan jemaat malas bernyanyi dikarenakan songleader dan pemain musik yang terlalu mendominasi suara di ibadah) dengan kata lain ibadah bukanlah sebuah konser (pertunjukan festival solo atau Indonesian idol). Padahal yang mau bernyanyi adalah jemaat bukan song leader semata. Seorang songleader harus mempunyai kepekaan yang tinggi, jangan sampai menganggap dirinya lebih penting dalam ibadah tersebut dengan tidak memperdulikan keadaan/perasaan jemaat. Justru songleader harus mempunyai sikap, bahwa jemaatlah yang menjadi raja dalam bernyanyi yang harus dipandu songleader dan bukan sebaliknya kita yang menjadi raja. Songleader diharapkan mampu membawa iman jemaat kepada Pencipta dengan membawa nyanyian Buku Ende dengan penuh iman yang teguh. Motto Songleader adalah melayani Jemaat!.

 

III.               TEKNIK BERNYANYI SONG LEADER

Yang utama yang perlu diketahui dan dipedomani oleh songleader adalah tahu teknik dalam bernyanyi terkhusus teknik musikalitasnya yaitu teknik vocal dan teknik musikalitasnya (dasar-dasar musik). Dengan memahami teknik bernyanyi, maka modal ini bisa membangun jemaat mengerti bagaimana bernyanyi sesuai dengan yang tertulis.

1.    Teknik Vokal

Songleader tidak harus menguasai vokal seperti penyanyi-penyanyi terkenal atau pun menjadi penyanyi papan atas atau pun menjadi penyanyi yang mengikuti festival-festival di berbagai perlombaan. Karena untuk menjadi seperti hal tersebut kita harus mengikuti olah vokal yang mungkin akan memakan waktu yang lama (berbulan-bulan bahkan bertahun) karena banyak tahapan yang dilakukan/dipelajari. Yang perlu diketahui songleader itu sendiri adalah dasar vokal yang enak untuk didengar agar tidak menggangu telinga orang yang mendengar. Contoh, jika suara songleader memakai suara hidung bisa dipastikan suara itu akan mengganggu jemaat dalam bernyanyi (tidak nyaman) atau suara cempreng (kasar) itu juga bisa membuat ketidaknyamanan jemaat dalam beribadah (bernyanyi). Untuk itu songleader harus belajar mengeluarkan suara merdunya agar jemaat yang mendengar juga mampu mengikuti lagu yang kita pandu dengan nyaman.

 

2.    Teknik Musikalitas (Dasar-dasar musik)

a.          Nada Dasar Lagu : Songleader harus mengetahui nada dasar lagu yang akan dinyanyikan untuk sebagai patokan yang sama dengan pemain musik. Karena sering terjadi salah nada dasar yang ada di buku logu dengan di buku ende atau buku nyanyian HKBP, maka dari itu harus disinkronkan buku Ende/Nyanyian dengan buku logu.

b.         Notasi Lagu : Notasi adalah sesuatu yang wajib diketahui oleh songleader dalam menyanyikan Buku Ende/Buku Nyanyian HKBP. Untuk itu tangga nada lagu harus dikuasai oleh songleader dengan tepat terlebih titik yang adalah bagian dari not (yang diperpanjang dari nada sebelumnya). Contoh lagu BE No. 716 (Dina Mamolus), 262 (Jahowa Tuhanhi), dll.

c.          Rhythm/Ketukan : Rhythm bagian yang paling penting dalam suatu lagu. Sering sekali rhythm 1/8 dinyanyikan menjadi 1/16 contoh Buku Ende No. 467 (Asi Ni RohaM Hupuji) atau menyanyikan nada dengan rhythm triol, contoh BE No. 557 (Dao Dumenggan). Untuk itulah songleader harus mengetahui berbagai jenis rhythm di dalam nyanyian/lagu di buku ende/buku nyanyian HKBP.

d.         Birama : Begitu juga dengan birama dalam suatu lagu sangat penting dipahami oleh songleader, karena sering kita jumpai lagu menjadi berbeda cara menyanyikannya karena salah birama, contoh lagu dari buku ende no. 353 (Di Surgo Hasonangan i) birama 6/4 dinyanyikan menjadi 4/4, 476 (Ndada Au) perubahan birama tidak diperhatikan, dll. Untuk itu songleader betul-betul harus mampu melihat birama dengan baik dan membedakannya.

e.          Irama : Irama adalah ketukan yang teratur dan berulang-ulang sesuai dengan birama lagu tersebut. Kenapa harus diketahui oleh songleader karena sering kita jumpai suatu lagu yang belum saatnya berpindah bar sudah masuk ke bar berikutnya, sehingga membuat berantakan irama lagu yang dimainkan oleh pemain musik (seandainya ada beat/style rhytm dalam musik akan jadi tidak beraturan).

f.           Tempo : Dari pengalaman pelatihan, banyak orang memahami tempo disesuaikan dengan birama, padahal itu semua tidaklah benar. Dengan birama yang sama lagu bisa saja berbeda tempo. Contoh lagu BE No, 581 (Sangap Di Jahowa) dengan 182 (Tu JoloM). Lagu pertama menggambarkan puji-pujian kepada Tuhan sehingga menyanyikannya ringan dan lincah serta menggema sedangkan lagu kedua dinyanyikan dengan lembut dan lambat karena menggambarkan rasa penyerahan diri kepada Tuhan akan dosa yang kita perbuat kepada Tuhan maupun kepada sesama. Jadi tempo akan kita tahu dilihat dari makna syair lagu yang akan dibawakan, bukan dari birama lagu itu sendiri.

g.          Attack/Release : Memulai lagu dan mengakhiri lagu haruslah dapat bekerjasama dengan pemain musik dengan baik, karena sering kita dapati kurang kerjasamanya songleader dengan pemain musik sehingga jemaat menjadi terganggu dengan keadaan tersebut. Songleader harus bertanya pada pemain musik bagaimana intro lagu yang akan dinyanyikan dan bagaimana cara masuknya, sehingga kekompakan dalam bernyanyi terlihat dan jemaat pun nyaman mengikuti lagu tersebut. Begitu juga dengan mengakhiri lagu haruslah bersamaan dengan pemain musik agar sesuai dengan yang tertulis di buku ende.

h.         Artikulasi : Pengucapan yang tepat dalam syair lagu haruslah betul-betul diperhatikan oleh songleader agar jemaat juga tahu apa yang kita ucapkan sesuai dengan yang tertulis (jelas terucap).

i.           Phrasering : Pengkalimatan lagu secara kalimat lagu yang utuh haruslah dilakukan dengan benar oleh songleader dengan tidak memenggal kata di tengah kalimat sehingga bisa menjadi berbeda makna/arti lagu yang dinyanyikan. Jangan terputus-putus atau per-suku kata dalam menyanyikan lagu tapi utuh satu kalimat lagu jelas terdengar dan tersusun rapih dengan enak terdengar (tidak monoton).

j.           Pernafasan : Songleader haruslah mengetahui bagaimana bernafas dengan baik agar satu kalimat lagu dapat dinyanyikan dengan sempurna, tidak tersengal-sengal atau pun terputus-putus (band. dengan phrasering) dalam menyanyikan suatu lagu.

 

3.   Teknik Pembawaan Lagu

a.          Dinamika Lagu : Saat bernyanyi pastilah ada naik turunnya nada saat menyanyikan suatu lagu, songleader haruslah bisa merasakan emosi dari lagu tersebut dengan mengenal makna lagu tersebut, sehingga jemaat pun turut serta dalam emosi lagu tersebut.

b.         Berkomunikasi dengan pemain musik : Songleader haruslah dapat berkomunikasi dengan baik dengan pemain musik dalam menyeragamkan nada dasar, notasi, rhythm, birama, irama serta tempo juga dinamika lagu dengan baik agar tercipta kerjasama yang baik dan peribadahan dapat berjalan dengan penuh khidmat.

c.          Cara memakai microphone dengan benar : Microphone hanyalah alat untuk membantu kita dapat bernyanyi dengan mengimbangi suara dengan jemaat. Tapi bukan berarti jadi songleader yang menguasai suara di ibadah tersebut karena yang utama dalam ibadah bernyanyi adalah jemaat, songleader hanya sedikit di atas jemaat (songleader harus tetap mendengar suara jemaat bernyanyi).

 

IV.               PEMBAWAAN SONG LEADER

1.         Disiplin : Songleader bekerjasama dengan pemain musik haruslah disiplin dalam waktu juga dalam berlatih menyanyikan lagu yang akan dibawakan. Jangan sepele/anggap enteng dalam menyanyikan suatu lagu, karena kita adalah seorang pemandu yang harus siap dengan kemampuannya dalam menyanyikan lagu yang akan dibawakan. Jika kita melakukan kesalahan maka kita akan tahu dampak yang akan terjadi pada jemaat itu sendiri (menggerutu, kesal, dll), dan kita tahu itu akan membuat rasa berdosa kepada kita karena kesalahan tersebut. Songleader juga harus hadir di gereja setengah jam sebelum acara gereja di mulai untuk membawakan lagu-lagu yang mengarahkan jemaat bersiap untuk menyembah kepada Tuhan.

2.         Sikap seorang songleader haruslah menjadi contoh dan teladan bagi jemaat. Songleader haruslah ramah, rendah hati dan takut akan Tuhan, karena songleader adalah seorang parhalado non partohonan.

3.         Penampilan : Seperti di atas, songleader harus menjadi contoh bukan hanya di sikap dan perbuatan tapi juga dalam penampilan. Berpakaian yang rapih dan sopan haruslah menjadi cara penampilan seorang songleader (bagaimana parhalado berpenampilan). Jangan sampai kita menjadi sorotan yang negatif dipandang oleh jemaat tapi sebaliknya harus menjadi contoh yang baik dan teladan bagi jemaat.

 

V.                 PENUTUP

Dari keterangan di atas kita berharap songleader dapat melakukan hal yang lebih baik dari yang diketahuinya selama ini. Semoga apa yang telah diterangkan di atas dapat menjadi bahan pokok seorang songleader untuk menjadi modal yang kuat  dalam bernyanyi dan memandu jemaat, sehingga jemaat merasakan dampak dari pelatihan ini bagi kita semua. Kiranya Tuhan memberkati kita semua, biarlah nama Tuhan dipermuliakan di muka bumi ini dengan puji-pujian padaNya.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar