PELATIHAN SONGLEADER
OLEH: Dra. Julice
Silitonga
I.
PENDAHULUAN
Song leader merupakan kebutuhan gereja setiap ibadah untuk membantu
jalan peribadahan itu sendiri dengan penuh khidmat. Dimana kita bergereja
khususnya di HKBP sudah ada song leadernya. Untuk apakah ada song leader di
gereja? Pentingkah ada song leader di gereja? Itu yang masih dalam pergumulan
hingga saat ini. Karena masih banyak yang belum memahami sesungguhnya peran
song leader di gereja yang sebenarnya. Yang dipahami saat ini, songleader itu
hanya penyanyi yang menyanyikan Buku Ende/Buku Nyanyian di gereja saat
beribadah. Tidak perduli apakah dia mampu/mengetahui membaca not dengan benar
atau tidak, apakah tempo yang diinginkan sudah benar atau tidak, apakah rhythm
nya benar atau tidak itu tidak menjadi soal bagi mereka, yang penting… TAMPIL. Disinilah mulai bergeser
pengertian songleader, padahal peran songleader yang sebenarnya adalah pemandu
lagu. Pemandu/guide bukanlah seorang yang luar biasa. Dia sama dengan yang
lainnya, tapi dia sangat membantu ketidaktahuan orang menjadi tahu dan mengerti
arti ataupun sejarah dari yang diberitakannya. Begitu juga dengan songleader,
songleader hanyalah pemandu lagu, bukan penyanyi (itu sesuatu hal yang sangat
berbeda). Songleader terdiri dari jemaat yang seharusnya mengetahui ilmu musik
dasar dalam bernyanyi sehingga mereka dapat mengarahkan seluruh jemaat untuk
dapat bernyanyi dengan baik dan benar. Jemaat selama ini bernyanyi berdasarkan
pengalaman hidupnya turun-temurun (berdasarkan pendengaran saja) tanpa tahu
apakah lagu itu sudah sesuai dengan yang tertulis. Untuk itulah fungsi
songleader dalam hal ini agar jemaat dibimbing untuk tahu bahwa lagu yang
selama ini mereka tahu sudah bergeser dari yang tertulis. Tapi, yang menjadi
masalah saat ini songleader itu sendiri tidak juga mengerti akan ilmu musik
sehingga arti dari songleader itu sendiri pun sudah tidak sesuai lagi (sudah
menjadi penyanyi). Penyanyi bisa saja bernyanyi tidak mengikuti aturan yang
sesungguhnya asalkan tidak lari dari harmonisasi lagu itu, sedangkan songleader
wajib bernyanyi sesuai dengan aturan yang tertulis dalam buku nyanyian yang
dibacanya dalam hal ini di HKBP adalah Buku Ende/ Buku Nyanyian HKBP kita.
Disinilah peran songleader yang sesungguhnya, bahwa tanggungjawab yang paling
besar adalah mampu membawakan lagu sesuai dengan tertulis.
Banyaknya jemaat bahkan Liturgis/Paragenda yang bernyanyi tidak sesuai
dengan apa yang tertulis atau jiwa nyanyian itu sendiri sehingga dibentuklah
tim songleader untuk membantu jemaat bagaimana menyanyikan Buku Ende yang
selama ini salah dinyanyikan untuk diperkenalkan kepada jemaat dengan baik dan
benar. Anehnya, songleader saat ini pun masih ada yang turut menyanyikan
nyanyian dengan cara yang salah, sama dengan jemaat (walau tidak semua atau
secara umumnya). Yang menjadi pertanyaan, adakah gunanya lagi songleader?
Disinilah pemahaman yang sebenarnya yang harus dipegang oleh songleader. Bahwa
fungsi songleader adalah memandu jemaat ke arah yang benar bukan malah ikut
yang salah. Makanya diperlukan sekali memberikan pemahaman yang benar tentang
fungsi songleader yang sebenarnya.
II.
APA ITU SONG LEADER
Song = Nyanyian, Leader = Pemimpin/Pemandu; Songleader = Pemandu
Nyanyian. Dalam hal ini di HKBP kita memakai Buku Ende HKBP yang terdiri dari
864 lagu/nyanyian di Buku Ende HKBP yang idealnya harus dapat dikuasai oleh
songleader dan pemusik. Dari notasinya, rithym, birama, irama serta rasa lagu
itu harus mampu dikuasai oleh songleader. Karena banyak sekali lagu-lagu dari
Buku Ende itu yang salah dinyanyikan oleh jemaat. Disiniah peran songleader
mampu memandu jemaat untuk dapat bernyanyi sesuai dengan yang tertulis dalam
Buku Ende HKBP dengan benar. Jika songleader bernyanyi dengan kesalahan yang
sama dengan jemaat berarti dia bukan songleader tapi dia hanyalah seorang
penyanyi (contoh lagu BE No. 353 : Di Surgo Hasonangan I (Birama), 467 : Asi Ni
RohaM Hupuji (rhythm), 476 Ndada Au Guru Di Au Be (pergantian birama), dll).
Satu hal yang perlu diketahui oleh songleader, bahwa yang menjadi penyanyi utama
dalam ibadah adalah jemaat, bukan songleader/liturgis. Jadi yang harus lebih
diperhatikan oleh songleader dan pemain musik adalah mendahulukan jemaat dalam
bernyanyi. Songleader dan pemain musik harus mampu mendengar suara jemaat, jika
suara jemaat tidak terdengar oleh songleader, maka sudah bisa dipastikan
songleader menutupi suara jemaat, dalam hal ini tidak ada artinya jemaat dalam
bernyanyi (kita sering mendengar keluhan jemaat malas bernyanyi dikarenakan
songleader dan pemain musik yang terlalu mendominasi suara di ibadah) dengan
kata lain ibadah bukanlah sebuah konser (pertunjukan festival solo atau
Indonesian idol). Padahal yang mau bernyanyi adalah jemaat bukan song leader semata. Seorang songleader harus
mempunyai kepekaan yang tinggi, jangan sampai menganggap dirinya lebih penting
dalam ibadah tersebut dengan tidak memperdulikan keadaan/perasaan jemaat.
Justru songleader harus mempunyai sikap, bahwa jemaatlah yang menjadi raja
dalam bernyanyi yang harus dipandu songleader dan bukan sebaliknya kita yang
menjadi raja. Songleader diharapkan mampu membawa iman jemaat kepada Pencipta
dengan membawa nyanyian Buku Ende dengan penuh iman yang teguh. Motto
Songleader adalah melayani Jemaat!.
III.
TEKNIK BERNYANYI
SONG LEADER
Yang utama yang perlu diketahui dan dipedomani oleh songleader adalah
tahu teknik dalam bernyanyi terkhusus teknik musikalitasnya yaitu teknik vocal
dan teknik musikalitasnya (dasar-dasar musik). Dengan memahami teknik
bernyanyi, maka modal ini bisa membangun jemaat mengerti bagaimana bernyanyi
sesuai dengan yang tertulis.
1.
Teknik Vokal
Songleader tidak harus menguasai vokal seperti penyanyi-penyanyi
terkenal atau pun menjadi penyanyi papan atas atau pun menjadi penyanyi yang
mengikuti festival-festival di berbagai perlombaan. Karena untuk menjadi
seperti hal tersebut kita harus mengikuti olah vokal yang mungkin akan memakan
waktu yang lama (berbulan-bulan bahkan bertahun) karena banyak tahapan yang
dilakukan/dipelajari. Yang perlu diketahui songleader itu sendiri adalah dasar
vokal yang enak untuk didengar agar tidak menggangu telinga orang yang
mendengar. Contoh, jika suara songleader memakai suara hidung bisa dipastikan
suara itu akan mengganggu jemaat dalam bernyanyi (tidak nyaman) atau suara
cempreng (kasar) itu juga bisa membuat ketidaknyamanan jemaat dalam beribadah
(bernyanyi). Untuk itu songleader harus belajar mengeluarkan suara merdunya
agar jemaat yang mendengar juga mampu mengikuti lagu yang kita pandu dengan
nyaman.
2.
Teknik Musikalitas (Dasar-dasar musik)
a.
Nada Dasar Lagu : Songleader harus
mengetahui nada dasar lagu yang akan dinyanyikan untuk sebagai patokan yang
sama dengan pemain musik. Karena sering terjadi salah nada dasar yang ada di
buku logu dengan di buku ende atau buku nyanyian HKBP, maka dari itu harus
disinkronkan buku Ende/Nyanyian dengan buku logu.
b.
Notasi Lagu : Notasi adalah
sesuatu yang wajib diketahui oleh songleader dalam menyanyikan Buku Ende/Buku
Nyanyian HKBP. Untuk itu tangga nada lagu harus dikuasai oleh songleader dengan
tepat terlebih titik yang adalah bagian dari not (yang diperpanjang dari nada
sebelumnya). Contoh lagu BE No. 716 (Dina Mamolus), 262 (Jahowa Tuhanhi), dll.
c.
Rhythm/Ketukan : Rhythm bagian
yang paling penting dalam suatu lagu. Sering sekali rhythm 1/8 dinyanyikan
menjadi 1/16 contoh Buku Ende No. 467 (Asi Ni RohaM Hupuji) atau menyanyikan
nada dengan rhythm triol, contoh BE No. 557 (Dao Dumenggan). Untuk itulah
songleader harus mengetahui berbagai jenis rhythm di dalam nyanyian/lagu di
buku ende/buku nyanyian HKBP.
d.
Birama : Begitu juga
dengan birama dalam suatu lagu sangat penting dipahami oleh songleader, karena
sering kita jumpai lagu menjadi berbeda cara menyanyikannya karena salah
birama, contoh lagu dari buku ende no. 353 (Di Surgo Hasonangan i) birama 6/4
dinyanyikan menjadi 4/4, 476 (Ndada Au) perubahan birama tidak diperhatikan,
dll. Untuk itu songleader betul-betul harus mampu melihat birama dengan baik
dan membedakannya.
e.
Irama : Irama adalah
ketukan yang teratur dan berulang-ulang sesuai dengan birama lagu tersebut.
Kenapa harus diketahui oleh songleader karena sering kita jumpai suatu lagu
yang belum saatnya berpindah bar sudah masuk ke bar berikutnya, sehingga
membuat berantakan irama lagu yang dimainkan oleh pemain musik (seandainya ada
beat/style rhytm dalam musik akan jadi tidak beraturan).
f.
Tempo : Dari pengalaman
pelatihan, banyak orang memahami tempo disesuaikan dengan birama, padahal itu
semua tidaklah benar. Dengan birama yang sama lagu bisa saja berbeda tempo.
Contoh lagu BE No, 581 (Sangap Di Jahowa) dengan 182 (Tu JoloM). Lagu pertama
menggambarkan puji-pujian kepada Tuhan sehingga menyanyikannya ringan dan
lincah serta menggema sedangkan lagu kedua dinyanyikan dengan lembut dan lambat
karena menggambarkan rasa penyerahan diri kepada Tuhan akan dosa yang kita
perbuat kepada Tuhan maupun kepada sesama. Jadi tempo akan kita tahu dilihat
dari makna syair lagu yang akan dibawakan, bukan dari birama lagu itu sendiri.
g.
Attack/Release : Memulai lagu dan
mengakhiri lagu haruslah dapat bekerjasama dengan pemain musik dengan baik,
karena sering kita dapati kurang kerjasamanya songleader dengan pemain musik
sehingga jemaat menjadi terganggu dengan keadaan tersebut. Songleader harus
bertanya pada pemain musik bagaimana intro lagu yang akan dinyanyikan dan
bagaimana cara masuknya, sehingga kekompakan dalam bernyanyi terlihat dan
jemaat pun nyaman mengikuti lagu tersebut. Begitu juga dengan mengakhiri lagu
haruslah bersamaan dengan pemain musik agar sesuai dengan yang tertulis di buku
ende.
h.
Artikulasi : Pengucapan yang
tepat dalam syair lagu haruslah betul-betul diperhatikan oleh songleader agar
jemaat juga tahu apa yang kita ucapkan sesuai dengan yang tertulis (jelas
terucap).
i.
Phrasering : Pengkalimatan
lagu secara kalimat lagu yang utuh haruslah dilakukan dengan benar oleh
songleader dengan tidak memenggal kata di tengah kalimat sehingga bisa menjadi
berbeda makna/arti lagu yang dinyanyikan. Jangan terputus-putus atau per-suku
kata dalam menyanyikan lagu tapi utuh satu kalimat lagu jelas terdengar dan
tersusun rapih dengan enak terdengar (tidak monoton).
j.
Pernafasan : Songleader
haruslah mengetahui bagaimana bernafas dengan baik agar satu kalimat lagu dapat
dinyanyikan dengan sempurna, tidak tersengal-sengal atau pun terputus-putus
(band. dengan phrasering) dalam menyanyikan suatu lagu.
3. Teknik Pembawaan Lagu
a.
Dinamika Lagu : Saat bernyanyi
pastilah ada naik turunnya nada saat menyanyikan suatu lagu, songleader
haruslah bisa merasakan emosi dari lagu tersebut dengan mengenal makna lagu
tersebut, sehingga jemaat pun turut serta dalam emosi lagu tersebut.
b.
Berkomunikasi
dengan pemain musik : Songleader haruslah dapat berkomunikasi dengan baik dengan pemain
musik dalam menyeragamkan nada dasar, notasi, rhythm, birama, irama serta tempo
juga dinamika lagu dengan baik agar tercipta kerjasama yang baik dan peribadahan
dapat berjalan dengan penuh khidmat.
c.
Cara memakai
microphone dengan benar : Microphone hanyalah alat untuk membantu kita
dapat bernyanyi dengan mengimbangi suara dengan jemaat. Tapi bukan berarti jadi
songleader yang menguasai suara di ibadah tersebut karena yang utama dalam
ibadah bernyanyi adalah jemaat, songleader hanya sedikit di atas jemaat
(songleader harus tetap mendengar suara jemaat bernyanyi).
IV.
PEMBAWAAN SONG
LEADER
1.
Disiplin : Songleader
bekerjasama dengan pemain musik haruslah disiplin dalam waktu juga dalam
berlatih menyanyikan lagu yang akan dibawakan. Jangan sepele/anggap enteng
dalam menyanyikan suatu lagu, karena kita adalah seorang pemandu yang harus
siap dengan kemampuannya dalam menyanyikan lagu yang akan dibawakan. Jika kita
melakukan kesalahan maka kita akan tahu dampak yang akan terjadi pada jemaat
itu sendiri (menggerutu, kesal, dll), dan kita tahu itu akan membuat rasa
berdosa kepada kita karena kesalahan tersebut. Songleader juga harus hadir di
gereja setengah jam sebelum acara gereja di mulai untuk membawakan lagu-lagu
yang mengarahkan jemaat bersiap untuk menyembah kepada Tuhan.
2.
Sikap seorang
songleader haruslah menjadi contoh dan teladan bagi jemaat. Songleader haruslah
ramah, rendah hati dan takut akan Tuhan, karena songleader adalah seorang
parhalado non partohonan.
3.
Penampilan : Seperti di atas,
songleader harus menjadi contoh bukan hanya di sikap dan perbuatan tapi juga
dalam penampilan. Berpakaian yang rapih dan sopan haruslah menjadi cara
penampilan seorang songleader (bagaimana parhalado berpenampilan). Jangan
sampai kita menjadi sorotan yang negatif dipandang oleh jemaat tapi sebaliknya
harus menjadi contoh yang baik dan teladan bagi jemaat.
V.
PENUTUP
Dari keterangan di atas kita berharap songleader dapat melakukan hal
yang lebih baik dari yang diketahuinya selama ini. Semoga apa yang telah
diterangkan di atas dapat menjadi bahan pokok seorang songleader untuk menjadi
modal yang kuat dalam bernyanyi dan
memandu jemaat, sehingga jemaat merasakan dampak dari pelatihan ini bagi kita
semua. Kiranya Tuhan memberkati kita semua, biarlah nama Tuhan dipermuliakan di
muka bumi ini dengan puji-pujian padaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar