Sabtu, 12 Agustus 2017

RENUNGAN MINGGU IX DUNG TRINITATIS, ALLAH PENGHIBUR YANG BENAR , 1 RAJARAJA 19:1-18

CORAM DEO-DI HADAPAN ALLAH
1 Raja 19:1-18
Oleh : Pdt Dr Victor Tinambunan MST, Ketua STT HKBP Pematanga Siantar 
 Diposting di Group Pangula nagok tingki HKBP
Mungkin kita pernah mengalami pergolakan jiwa yang dahsyat di masa-masa kelam, patah hati, kecewa, merasa ditinggalkan dan sebagainya. Tidak jarang orang bertanya, “mengapa orang baik mengalami nasib buruk sementara mereka yang berperilaku buruk dan tak jujur tampak selalu mujur, sehat, makmur pula?” Marilah kita berhenti sejenak sambil memeriksa hati dan penglihatan kita. Sebab, tidak jarang masalahnya bukan pada “apa yang kita lihat” melainkan “bagaimana keadaan mata kita sewaktu melihat”. Saya sering berkata, “Jika kita melihat langit mendung, pastikan bahwa kita tidak sedang mengenakan kaca mata hitam”. Lagi pula tugas kita adalah menolong orang lain untuk kembali ke jalan yang benar, bukan menggugat Tuhan.
Elia berada dalam keadaan galau. Tenaganya terkuras deras untuk yang tidak berguna karena ketakutan dan kepanikannya. Tetapi, Allah menunjukkan kepedulianNya kepada Elia: 
(1) Menyediakan makanan, menguatkan secara fisik. 
(2) Meneguhkan hatinya, dengan menyatakan kehadiran dan penyertaanNya dalam situasi sulit yang tengah ia hadapi.
(3) Memberitahukan arah perjalaan yang harus ditempuh.

Kabar baik bagi kita hari ini adalah bahwa Tuhan yang memelihara Elia dahulu kala, adalah Tuhan yang sama yang memelihara hidup kita hingga detik ini. Tuhan menjangkau kita anak-anakNya di mana pun kita berada. Di gurun, di gua dan di mana saja, termasuk di mana kita sedang berada saat ini.
Ada yang menarik dalam pertanyaan Tuhan dan jawaban Elia. Dua kali ditanya "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" (ayat 9 dan 13). Elia menjawab dengan jawaban yang sama dua kali, "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.
Tuhan tahu apa yang dikerjakan Elia dan bagaimana keadaannya. Sedetil-detilnya! Sebenarnya bukan hanya pertanyaan ini yang penting di sini. Justru pertanyaan ini juga berisi sebuah “pernyataan” tegas bahwa Tuhan menghubungkan diriNya dengan Elia. Elia perlu menyadari bahwa Tuhan tidak meninggalkannya. Elia juga perlu menyadari keberadaannya di hadapan Tuhan.
Jawaban Elia sedikitnya berisi tiga hal dan kita dapat merenungkannya juga:
Pertama, “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan”. Saudaraku, kita tak perlu melaporkan pekerjaan kita kepada Tuhan. Semua terbuka di hadapanNya. Janganlah kita menganganggap bahwa Tuhan berhutang kepada kita karena kita bekerja giat. Malahan kita harus bersyukur diberi kesempatan, kekuatan dan kebutuhan kita dalam melakukan sesuatu. Janganlah kita bekerja “supaya” Tuhan terkesan kepada kita, tetapi kita bekerja dengan giat “karena” Tuhan lebih dari sekadar mengesankan bagi kita. Di situ ada sukacita. Tidak ada sungut-sungut dan tidak ada rasa kecewa.
Kedua, orang Israel meninggalkan perjanjian Tuhan dan meruntuhkan mezbah-mezbah. Terbeban dan bergumul dengan masalah ini? Ya. Harus prihatin dan bergumul. Tetapi ketika kita sudah melakukan tugas kita sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya tetapi orang lain tidak setia, selebihnya adalah urusan Tuhan. Janganlah kita terhalang melangkah ke depan dan melakukan yang terbaik hanya karena kita melihat orang lain tidak sungguh-sungguh bahkan mendurhaka. Satu-satunya yang kita ubah di dunia nini adalah diri sendiri. Maka tetaplah bersemangat menekuni yang menjadi porsi kita.
Ketiga, “hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.” Orang yang merasa terancam atau takut, tidak dapat melihat dengan jernih dunia sekitarnya. Juga tidak bisa melihat dengan jelas jauh melampaui ruang lingkupnya yang sempit. Tetapi, Tuhan berkata lain: “Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia." (ayat 18). Elia beranggapan hanya 1 orang (dirinya sendiri), Tuhan berkata 7000 orang. 1:7000! Tuhan selalu menyediakan dan memberi jauh melampaui apa yang kita pikirkan. Karenanya, mata hati kita harus selalu terbuka pada Tuhan.
Bagaimana kita bisa beralih dari rasa takut, kecewa dan marah? Yang kita butuhkan adalah:
1. Percaya sungguh-sungguh bahwa penyertaan Tuhan tetap berlangsung hingga hari ini bahkan sampai selama-lamanya.
2. Tuhan menyediakan kebutuhan rohani dan jasmani kita secara utuh. Ia memberi kekuatan jiwa dan kekuatan fisik.
3. Ia menunjukkan arah perjalanan kehidupan yang baik untuk kita tempuh.
4. Tidak saja menunjukkan jalan tetapi Ia bersama kita dalam setiap langkah kehidupan.

Jadi, benarlah ungkapan, “Jangan minta supaya laut tidak bergelombang, tetapi mintalah kiranya dapat melaluinya dengan selamat”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar