Kamis, 31 Oktober 2013

khotbah MINGGU XXIII DUNG TRINITATIS , 03 NOVEMBER 2013

MINGGU XXIII SETELAH TRINITATIS, 03 NOVEMBER 2013

Ev. Markus 3: 31-35

Tema: Yang Melakukan Kehendak Allah Adalah Saudara Yesus


I. Pendahuluan

Istilah keluarga, pada mulanya dipahami oleh banyak orang sebagai sebuah kumpulan kecil yang mempunyai “ikatan biologis/darah”, terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak. Ini yang disebut dengan keluarga inti dan kita semua mempunyai hal tersebut. Kemudian kita juga adalah bagian dari lapisan berikutnya yang disebut keluarga yang diperluas, yaitu orang tua, mertua, ipar, keponakan, dan mereka yang berasal dari garis keturunan yang sama. Berikutnya kita juga adalah bagian dari keluarga yang lebih besar lagi. Ada keluarga karena marga, keluarga karena pekerjaan, keluarga karena hobbi, atau juga keluarga karena persekutuan/gereja, dan sebagainya.

Menjadi bagian dari sebuah keluarga adalah hal yang baik. Sebab, ketika seseorang tidak mempunyai keluarga (apakah keluarga inti, keluarga yang diperluas, atau keluarga besar), maka ia ibarat seekor anak ayam yang kehilangan induk, tidak punya arah. Namun di dalam nats bacaan kita minggu ini, ada kesan bahwa Yesus kurang perduli dengan keluarganya. Seolah-olah Yesus tidak senang ketika diberitahu bahwa keluarganya datang mengunjunginya. Apakah Yesus memang tidak perduli kepada keluarganya? Tentu saja tidak. Bagi Yesus, ikatan keluarga juga adalah sesuatu yang baik, yang kudus, yang perlu dijaga dan dipertahankan. Pertanyaan Yesus kepada orang banyak itu,"Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" (3:33), mempunyai makna pengajaran yang baru kepada orang Yahudi pada saat itu tentang siapa yang disebut keluarga dalam kehidupan mereka.


II. Penjelasan Nats

Jika kita baca dalam Markus 6: 3, di situ dikatakan dengan jelas bahwa Yesus mempunyai beberapa orang saudara, yakni; “Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon dan saudara-saudara-Nya yang perempuan”. Mengenai saudara-saudaranya itu, tidak secara detail diketahui, tetapi kita mengetahui tentang Yakobus (yang kemudian menjadi pemimpin jemaat perdana di Jerusalem (Kis. 15:13; Galatia 2:9) dan juga penulis surat Yakobus, serta tentang Yudas (penulis surat Yudas). Kedatangan mereka adalah untuk menemui Yesus, sekaligus “hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.” (3:21). Mungkin, tindakan ini diambil oleh keluarga Yesus sebab mereka telah mendengar kemarahan orang-orang Farisi dan orang-orang Herodian yang bersekongkol untuk membunuh Yesus (3:6). Kita sendiri mungkin akan bertindak sama, mencoba melindungi, ketika anggota keluarga kita terancam jiwanya oleh orang lain.

Saat itu Yesus berada di dalam sebuah rumah duduk dikelilingi oleh orang banyak yang mendengarkan pengajaran-Nya. Begitu banyaknya orang, membuat keluarga Yesus tidak dapat masuk dan mendekati Yesus, sehingga harus meminta bantuan seseorang untuk memanggil Dia. Tetapi jawaban Yesus adalah sebuah pertanyaan: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" Dan Yesus menjawab sendiri pertanyaan tersebut demikian, ”Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."

Oleh Yesus, kita semua diundang untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya. Tuhan menginginkan anda menjadi anggota keluargaNya. Dalam Roma 8: 15 berbunyi, “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!”. Yesus mengajak kaum Yahudi, dan kita saat sekarang ini, tidak hanya mementingkan keluarga Jasmani di dunia ini. Sebab, keluarga yang di dunia ini sangat rapuh dan bersifat sementara. Keluarga di dunia ini gampang pecah, seringkali pecah karena perceraian, jarak, menjadi tua, dan yang pasti kematian.

Karena itu, kita memerlukan keluarga Rohani, dimana oleh karena iman kita kepada Yesus Kristus, kita menjadi anak-anak Allah, dan Allah menjadi Bapa kita, orang-orang percaya lainnya menjadi saudara-saudara kita, dan gereja menjadi keluarga rohani kita.


III. Aplikasi

1. Pertanyaan yang diajukan orang Yahudi ketika mencobai Yesus, ”Dan siapakah sesamaku manusia?" (Lukas 10:29), dijawab Yesus bahwa sesama kita adalah orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya. Jawaban serupa diberikan Yesus terhadap pertanyaan, ”Dan siapakah keluargaku? Siapakah yang menjadi ayahku, ibuku, saudaraku laki-laki, saudaraku perempuan?”, yakni, “Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku”. Selama ini pemahaman kita tentang keluarga mungkin saja terbatas hanya pada ikatan tertentu. Menjadi keluarga karena ikatan darah, ikatan pekerjaan, ikatan asmara, dan yang lainnya. Tanpa kita sadari sebagai akibat dari pemahaman seperti ini, seringkali membatasi kita dalam melakukan apa yang baik kepada sesama.

2. Dalam banyak hal kita cenderung melakukan nepotisme. Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Misalnya ketika kita mempunyai jabatan di pemerintahan, maka orang-orang yang tidak mempunyai hubungan keluarga seperti yang kita pahami, meskipun memunyai kemampuan, tidak akan kita beri kesempatan. Di sini kita telah membatasi kasih Tuhan kepada sesama. Yesus telah memberikan pengertiaan baru kepada kita. Keluarga kita adalah semua orang yang hidup untuk melakukan kehendak Allah dalam hidupnya. Semua orang yang melakukan kehendak Allah, akan mendatangkan damai sejahtera bagi kita semua. Di dalam keluarga Allah tidak ada lagi nepotisme, sebab syarat menjadi keluarga bukan lagi karena “dekat dengan” atau “akrab dengan”, tetapi berdasarkan kemampuan mereka untuk melakukan kehendak Allah dalam hidup kita.

3. Gereja adalah keluarga Allah. Setiap orang mendapat undangan untuk menjadi anggota keluarga Allah dimana keanggotaannya bersifat universal, tidak terbatas. Jika keluarga Jasmani dibatasi oleh beragam syarat, marga, suku, bangsa, kelompok, status, adat, budaya, dan lain sebagainya, maka menjadi anggota keluarga Allah terbuka bagi siapa saja saja yang melakukan kehendak Allah. Semua manusia diciptakan oleh Allah, tetapi tidak semua manusia menjadi anak Allah. Hanya mereka yang mau melakukan kehendak Allah dalam hidupnya, merekalah yang menjadi bagian keluarga Allah.


IV. Nyanyian

Kebaktian Bhs. Indonesia

1. 17 : 1-3 3. 58 : 1-2 5. 240a : 1 ….. 7. 249 : 1 …..

2. 29 : 1-2 4. 287b: 1-2 6. 318 : 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar