Minggu, 04 Juli 2021

PA AMA HKBP KISARAN KOTA YOHANNES 19:19-29

 

P A AMA HKBP KISARAN KOTA

SENIN 14 JUNI 2021

HKBP KISARAN KOTA

 

1.      Marende 449: 1- 2 “Sai solhot tu silangMi”

1.      Sai solhot tu silangMi, Jesus ingananku

Mual na mabaor disi, i ma inumonku

SilangMi Tuhanki i ma pujionku

Paima sogot sahat au, i endehononku

2.      Lao ma au tu silangMi, i haporusanku

Sai asi ma rohaMi unang tulak ahu

SilangMi Tuhanki i ma pujionku

Paima sogot sahat au, i endehononku

2.      Doa Pembuka

3.      Membaca Ayat : Galatia 6:11-18

4.      Marende No : 466:1  “ Nunga ro au O Tuhanku”

Nunga ro au o Tuhanku tu hau pinorsilangMi

Hupelehon ma diringku upa halojaonMi

Hatuaon i, Las ni rohangki

Ai hibul do hupelehon nasa diringki

5.      Renungan    Yohannes 19:19-29

Peristiwa kematian Yesus merupakan suatu peristiwa yang menunjukkan dua hal, yaitu puncak kejahatan manusia yang paling besar melawan Allah dan kekuasaan Allah yang melampaui kemampuan manusia. Dalam peristiwa itu, Tuhan Yesus diseret ke Bukit Kalvari. Tubuh-Nya dipaku secara keji pada kayu salib dan dipertontonkan sambil dihina. Ini merupakan suatu gambaran nyata tentang sikap dan tindakan kita yang cenderung egoistik, tanpa memikirkan orang lain. Kita menjadi apatis atau tidak peduli lagi dengan orang lain, dan yang terpenting hanyalah keinginan kita tercapai. Akibat keegoisan manusia, Yesus  menderita dan wafat di kayu salib karena kita tidak punya perasaan malu.

Dengan mencuci tangan di hadapan orang banyak (Matius 27:24), Pilatus menyerahkan Tuhan Yesus untuk diperlakukan seperti teriakan mereka, “salibkan Dia!”, dan mereka menerima Yesus Kristus untuk disalibkan. Akhirnya,  (balok horisontal pada salib) yang berat dan kasar itu ditumpangkan ke punggung-Nya yang bersimbah darah dan bercampur tetesan keringat yang pasti menambah parah derita Yesus Kristus hari itu. Yesus Kristus harus memikulnya sampai ke Golgota yang terletak agak di luar kota. Ia harus melewati jalan yang tidak rata, lorong sempit yang saat itu dipadati oleh orang yang bukan hanya datang ke Yerusalem untuk beribadah, tetapi juga orang yang ingin menyaksikan secara langsung apa yang dialami Tuhan Yesus. Bahkan, Tuhan Yesus harus terjerembab, jatuh tertimpa SALIB-Nya, dan wajah-Nya pun langsung menghantam batu. Penyaliban merupakan penyiksaan terburuk yang paling ekstrem yang diberikan kepada seorang budak, dan itulah yang dialami oleh Yesus Kristus. Disalibkan adalah keadaan di antara bumi dan langit, seakan-akan bumi tidak sudi menerima tubuh orang yang tergantung di kayu salib. Di Golgota, Yesus Kristus dipaku tangan dan kakinya pada kayu salib, bermahkota duri, dan pada kayu salib itu terpasang tulisan, “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi”.  Salib adalah hukuman yang begitu mengerikan yang Dia terima hanya karena Dia mengasihi manusia.

Yesus mengasihi kita, bukan karena kepintaran dan kepandaian kita, rupa kita, harta kekayaan yang kita miliki, atau karena ada sesuatu dari kita yang membuat kita dikasihi Allah.  Bahkan, jika di dunia ini hanya kita sendiri yang berbuat dosa, Yesus tetap turun ke dalam dunia dan menjalani hukuman salib karena kasih-Nya yang begitu besar. Terimalah kasih-Nya dan percayalah kepada-Nya, Allah dan satu-satunya Juruselamat manusia

Namun, melalui peristiwa tersebut, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya kepada kita. Allah mencurahkan kasih-Nya secara total dengan merelakan putra-Nya menderita dan wafat di kayu salib untuk mnyelamatkan kita. Dengan cara itu, Allah terus mencari uasaha agar kita dapat diselamatkan. Ini merupakan cinta yang melampaui kemanusiawian kita, Yesus dengan tenang, sabar dan rela menerima semuannya itu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kita akan merenungkan bagaimana Yesus menunjukkan kesetiaan-Nya menanggung penderitaan itu dengan berpasrah sepenuhnya kepada kehendak Allah. Marilah kita merenungkan tiga sabda Yesus di atas kayu salib sebagai bentuk penyerahan diri-Nya kepada Allah Bapa di Surga .

“Ibu, inilah anakmu” dan “Inilah ibumu!” (Yoh 19:26-27)

Ini merupakan ungkapan Yesus yang menggambarkan penyerahan diri Yesus bagi orang yang mau menerima-Nya. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya yang dengan setia menemani Dia sampai di puncak Golgota. Dia meneguhkan mereka supaya saling memperhatikan dan saling menguatkan.  Maria yang telah mengandung dan melahirkan Yesus,  akhirnya juga menemani Yesus yang tergantung di kayu salib. Tanggapan  Maria atas sapaan malaikat Tuhan, “Jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu” (Luk 1:38)  menjadi nyata dalam partisipasi pada penyerahan Diri Yesus dengan wafat di kayu salib. Dia menerima kematian Yesus dengan sepenuh hati, meskipun hatinya tertikam derita yang paling tajam dan mematikan. Kepasrahan Bunda Maria adalah teladan umat beriman. Bunda Maria menghayati hidup yang setia kepada Allah melalui “via dolorosa.” Dia taat kepada Allah dengan menemani putra-Nya sampai di puncak golgota. Melalui teladan  Maria, kita dipanggi untuk setia kepada panggilan kita masing-masing, sejak kita berjanji setia untuk menelusuri jalan hidup yang telah kita pilih sampai saat ini, misalnya janji perkawinan suami-isteri untuk setia sampai mati.

Dalam rangka menelusuri jalan hidup atau menghayati panggilan kiranya kita harus menghadapi aneka tantangan, hambatan, masalah, godaan dalam membangun bahtra kehidupan keluarga kita masing-masing. Pilihan kita untuk hidup berkeluarga merupakan konsekuensi dari ketaatan dan kesetiaan kita terhadap panggilan. Mungkin saat ini juga kita sedang menghadapi masalah, tantangan, hambatan atau godaan berat. Jika memang demikian marilah kita memandang Dia yang tergantung di kayu salib, yang tidak mengeluh, menggerutu atau balas dendam terhadap mereka yang membuat-Nya menderita. Ingatlah dan hayati bahwa penderitaan yang kita alami karena masalah, tantangan, hambatan dan godaan tersebut rasanya tidak sebanding dengan penderitaan Yesus. Saya yakin dan percaya jika kita sungguh-sungguh memandang Yang Tersalib dengan sepenuh jiwa dan raga kita, kita pasti akan dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan kemudian mampu menghadapi aneka tantangan, hambatan, masalah atau godaan tersebut dengan penuh sukacita.

“Aku haus!” (Yoh 19:28)

Orang yang mengeluh ‘haus’ berarti minta diberi minuman; dengan memberi minuman berarti mengurangi penderitaan yang bersangkutan. Kita dipanggil untuk ‘memberi minum kepada Yesus yang kehausan di kayu salib’, artinya meringankan beban penderitaan-Nya dengan berpartisipasi dalam penderitaanNya. Berpartisipasi dalam penderitaan-Nya dapat kita wujudkan dengan mempersembahkan diri kita seutuhnya kepada saudara-saudari kita, lebih-lebih yang setiap hari bersama dengan kita, serta tugas pekerjaan kita masing-masing.

Pertama-tama di ingatkan kepada kita semua, yang kiranya telah memiliki pengalaman untuk saling mempersembahkan atau memberikan diri seutuhnya, misalnya suami-istri, yang dengan penuh cinta saling melayani sehingga menghasilkan seorang anak, sebagai buah kasih yang menggembirakan. Melalui pengalaman-pengalaman mencintai dan dicintai hendaknya menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita dalam kehidupan sehari-hari, entah di dalam keluarga, tempat kerja maupun dalam masyarakat, yaitu dengan mempersembahkan diri pada anak-anak, tugas pekerjaan, dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, dengan gembira dan bergairah. Keteladanan kita akan mempengaruhi lingkungan hidup kita di mana pun kita berada. Kita semua dipanggil untuk saling menghibur dalam hidup kita sehari-hari dimanapun dan kapanpun, maka baiklah secara khusus kita perhatikan mereka yang sungguh membutuhkan penghiburan, entah yang sedang sakit, menderita, atau yang mengalami kesepian. Amin

6.       Marende No 719:1   “ Hubege soaraM O Jesus ”

Hubege soaraM O Jesus Hubege soaraM O Jesus

Hubege soaraM O Jesus Na manjouhon "ihuthon ma au"

Togu au Jesus Tuhanku Iringiring ma langkangku

Patuduhon ma dalanMu Asa unang unang lilu au\

7.       Tangiang Sian  Sahalak Anggota

8.       Marende No    730 : 1-2 “ Sai Patau ma “  ( Papungu Pelean )

1.       Sai patau ma diringku ale Tuhan

Papatarhon hinauliMi Tuhan

Suru ma tondiMi saor tu rohangki

Lao papatar HolongMu tu donganki

 

2.       Sai patau ma diringku ale Tuhan

Papatarhon hinauliMi Tuhan

Suru ma TondiMi saor tu rohangki

Patariparhon basaM tu donganki

9.       Tangiang Ale Amanami/Pasupasu Amen 3x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar