Senin, 04 November 2013

baptisan ulang?

Baptisan anak-anak (bayi) dan Babtisan Ulang
Syahkah baptisan bayi? Hal ini masih banyak yang mempertentangkannya, karena bayi belum mengerti dan belum percaya. Oleh karena itu, harus tegas dikatakan: “Tidak ada alasan mengatakan bayi belum percaya tidak dapat menerima keselamatan melalui baptisan”. Orang yang tidak percayapun diselamatkan Yesus oleh karena iman orang lain. Di Kapernaun, anak pegawai istana, diselamatkan Yesus, bukan iman anaknya yang menyelamatkan, melainkan iman orang tuanya (Yoh 4: 46 – 53). Iman kepala rumah ibadah Yairus yang percaya, bukan putrinya dan putrinya diselamatkan dari kematian (Luk 8: 40 …), orang lumpuh yang diusung oleh sahabat-sahabatnya, membongkar atap tempat Yesus mengajar dan menurunkan tepat di hadapan Yesus, Yesus memuji iman mereka, bukan iman orang yang lumpuh yang menyelamatkan dia, tetapi dia disembuhkan (Luk 5: 17 …), seorang perwira berkata kepada Yesus: “katakanlah sepata kata, maka hambaku itu akan sembuh”, bukan iman hamba perwira yang menyelamatkannya, melainkan iman perwira tersebut dan hambanya diselmatkan (Luk 7: 1…) dan bahkan seorang janda yang menangis karena anak tunggalnya mati, tidak dikatakan bahwa janda itu beriman, tetapi Yesus tergerak oleh belas kasih dan menghidupkan anak muda di Nain, sekali lagi bukan iman anak muda itu (Luk 7: 11…) dll.
Jangan mempersoalkan bayi belum mengerti dan belum percaya, tetapi persoalkan apakah baptisan yang saya lakukan dan terima sesuai dengan perintah Yesus? Semua yang diselamatkan Yesus dari kisah di atas, tidak ada satupun dari antara mereka yang percaya, melainkan kepercayaan orangtuanya, temannya, atasannya, tetapi mereka diselamatkan Yesus. Terlampau kerdil kita, kalau masih mempertentangkan bayi belum percaya, sehingga tidak layak menerima Keselamatan dari Yesus melalui baptisan. Bayi yang belum percaya, melainkan ia diselamatkan oleh iman orangtuanya dalam baptisan Kudus, bukan iman bayi itu, namun sekali lagi iman orangtuanya.
Tidak heran, apabila banyak orang yang belum mengerti arti baptisan itu, terombang-ambing imannya dan bahkan mau menerima kembali baptisan ulang. Aliran Kharismatik dan sejenisnya dengan getol menyuarakan lewat sebuah ajarannya mengatakan: “tidak akan ada keselamatan bagi orang-orang yang menerima baptisan semasa anak-anak”. Ajaran ini cukup menyesatkan orang-orang percaya, khususnya banyak warga Kristen yang mau mendengarkannya ajaran tipu daya tersebut. Artinya ajaran ini, mau menyatakan bahwa bapak-bapak gereja terdahulu, yang menyebarkan Firman Tuhan (dan mungkin tanpa mereka Injil tidak pernah sampai kepada yang mereka yang mengatakan baptisan anak-abak tidah syah), seperti: Polycarpus mati martir (167/8 AD), Pdt Samuel Munson dan Pdt Henry Lyman (1834) yang mati dibunuh di Lobu Pining Tapanuli Utara, Pdt. DR I L Nommensen yang kadang disebut Rasul suku Batak dll, semuanya menerima baptisan semasa bayi, juga tidak menerima keselamatan.
Baptisan anak-anak/bayi sejauh dilakukan berdasarkan Printah Yesus, itu baptisan yang benar dan syah. Dengan kata lain, tidak ada dasar untuk tidak membaptis anak-anak dalam keluarga dan tidak ada suatu kuasa apaun yang dapat melarang anak-anak untuk berpatisipasi dalam menerima keselamatan yang Allah berikan kepada manusia dalam Yesus Kristus melalui baptisan. Kisah Rasul menuliskan: “Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu… (2: 38 – 39). Anak-anak dan bayi juga termasuk dalam Perjanjian Allah yaitu melalui baptisan, yang diutamakan dalam baptisan itu adalah “Perjanjian Allah”. Berkat Perjanjian Allah diperluas hingga kepada keturunan orang beriman. Yang pasti anak-anak pun turut serta dalam peringatan-peringatan bersama dengan orang tua mereka.
Baptisan bayi di Huria Kristen Batak Protestan. (HKBP)
HKBP dengan konfessinya mengatakan: “Kita percaya dan menyaksikan Pembatisan Kudus jalan pemberian anugerah kepada manusia, sebab dengan pembaptisan disampaikan kepada yang percaya keampunan dosa, kebaruan hidup, kelepasan dari maut dan iblis, serta sejahtera yang kekal”.
“Dengan baptisan ini kita menyaksikan: Anak kecil pun harus dibaptiskan karena dengan baptisan itu, mereka juga masuk ke dalam persekutuan yang menerima anugerah pengorbanan Kristus, berhubungan dengan pemberkatan anak-anak oleh Tuhan Yesus”
HKBP membatiskan bayi berdasarkan Perintah Tuhan Jesus “Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku, dan baptislah mereka dalam Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus…” (Matius 28: 18 – 2). Firman Tuhan Yesus dalam Injil Markus: “ Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus supaya Ia menjamah mereka, akan tetapi mudi-muridNya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak itu dating kepadaKu, jangan manghalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa tidak menyembut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya. Lallu Ia memeluku anak-anak itu dan meletakkan tanganNya atas mereka Ia memberkati mareka”.
Dalam Pelayanan baptisan anak-anak di HKBP ada beberapa janji yang diikrarkan orangtuanya berjanji di hadapan Tuhan yang mengetahu segala segala sesuatu dan di hadapan jemaat yang percaya akan Perintah Yesus, janji itu adalah:
Pertama : Bahwa mereka menghendaki agar anak-anak mereka dibaptis ke dalam Na Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus (red Batak “tu na hinaporseaanmuna = kepada yang mereka percayai).
Kedua : Bersedia membimbing anak-anak agar mereka mengetahui dan melakukan Firman Allah
Ketiga : Bersedia menyuruh anak-anak ke gereja dan membersarkannya dalam pengajaran Kristen Protestan agar mereka menjadi anggota jemaat yang hidup dalam Yesus Kristus.
Ketiga janji itulah yang menghantarkan mereka membawa anak-anak (bayi) untuk menerima baptisan Kudus kepada apa yang mereka Percayai. Sesungguhnya bukan air itu yang mempunyai kekuatan melainkan Firman Tuhan yang ada di dalam dan menguatkan air itu, serta iman yang mempercayai bahwa Firman Tuhan berada di dalam air itu. Karena tanpa Firman Tuhan di dalamnya,m air itu hanyalah air biasa saja dan bukan baptisan. Inilah air yang penuh berkat kehidupan dan menyucikan kalahiran kembali di dalam Roh Kudus seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus kepada Titus: “Tetapi karena rahmatNya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Toh Kudus, yang sudah dilimpahkanNya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita sebagai orang yang dibenarkan oleh kasihNya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita” (3: 5 …) Itu yang biasa dilakukan Protestan khususnya Huria Kristen Batak Protestan (red. HKBP, baptisan itu yang penulis lakukan).
Vonis yang dilemparkan gerekan Kharismatik dan kelompoknya untuk menarik (kadang-kadang disebut mencuri) anggota-anggota jemaat lainnya dengan semboyan “baptis bayi tidak syah karena belum percaya”. Vonis ini mempengaruhi orang percaya yang imannya kerdil dan tidak mengetahui apa dan bagaimana makna dari baptisan. Sebenarnya tidak patut lagi mempersoalkan baptisan “anak-anak” atau “baptisan dewasa”, yang perlu dipersoalkan bagaimana Berita Keselamatan sampai ke ujung bumi, bukan baptisan kita benar, baptisan orang lain salah. Kita kembali meninjau ke sejarah baptisan yang terjadi setelah Kebangkitan dan Kenaikan Yesus.
Untuk melihat kebenarannya atas penilaian Kharismatik, ada baiknya kita kembali kepada dasar pertama, yaitu bahwa “baptisan” yang kita laksanakan adalah perintah Yesus dan bukan kemauan manusia. Persoalan baptisan “anak-anak dan baptisan dewasa”, tidak ada kita temui dalam Perjanjian Baru, yang kita temui adalah dua jenis baptisan, yaitu:
Pertama : Baptisan “persekutuan/keluarga”. Ini banyak kita temui, Krispus dibaptis bersama-sama seisi rumahnya (Kisah 18: 8; bnd 1 Kor 1: 14), Lydia dibaptis dengan seisi rumanya (Kisah 10: 48), kepala penjara dibaptis dengan seisi rumahnya (Kisah 16: 33) dan Stepanus dibaptis dengan seisi rumahnya (1 Kor 1: 16).
Yang dimaksud dengan seisi rumah/keluarga, pastilah persekutuan hidup, dan anggotanya bukan saja terdiri dari suami, istri, anak-anak, tetapi mungkin juga termasuk hamba-hamba yang hidup dan bekerja dalam keluarga itu. Persekutuan itu dikenal dengan “Oikos” (dari sinilah asal kata Okumene) dan kepala keluarga mempunyai kuasa yang besar, pemegang pimpinan. Baptisan dalam oikos tentulah dilayani dalam dan berdasarkan iman, bukan iman individual, melainkan iman persekutuan. iman korporatif, jadi baptisan keluarga itu berdasarkan pengetahuan dan iman. Paulus mencatat dalam surat pertama ke jemaat Korintus (10: 1 – 4): “ Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengkut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dbatu karang itu ialah Kristus”. Semua telah dibaptis, orangtua, dewasa, anak-anak, bayi. Bayi tidak ditinggalkan Musa menjadi korban Firaun dalam kekuatan bala tentaranya
Kedua : Baptisan Individu. Ini dilakukan kepada dua orang saja, yaitu kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia (Kisah 8: 26…) dan Paulus, keduaduanya adalah orang-orang yang tidak terlibat hidup dalam hubungan rumah tangga.
Baptis Ulang mempermainkan Perintah Yesus dan dosa
Mengapa harus dibaptis ulang? Yang jelas, karena baptisan itu sekali untuk selamanya, maka baptisan tidak perlu diulang lagi. Dalam Perjanjian Baru (Kisah 19: 1 – 6) kita temui baptisan ulang hanya sekali dilakukan, itu pun disebabkan beberapa alasan yang tertentu, yaitu:
Pertama: Baptisan Yohanes pada saat itu mengajak orang kepada pertobatan dan memperbaharui diri, sedangkan baptisan yang kita terima adalah materai pengesahan Allah, bahwa kita telah turut mati dan dibangkitkan bersama Yesus dan berhak menjadi pewaris kerjaan Allah.
Kedua : Karena mereka dibaptisan dalalm baptisan Yohanes, mereka harus percaya kepada Yesus (red. yang memerintahkan “baptis dalam Nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus) dan mereka menerima baptis ulang dalam Nama Tuhan Yesus.
Ketiga : Baptisan itu kurang sempurna dan tidak menyelamatkan bangsa Yahudi, itulah maka mereka harus dibaptis ulang
Karena baptisan itu kudus adanya dan merupakan perintah Yesus, maka tidak perlu diulang-ulang hanya untuk memenuhi kemauan hati manusia belaka. Oleh karena itu: “Celakalah orang-orang yang mempermainkan Perintah Yesus”.
Oleh karena Baptisan merupakan sakramen yang diperintahkan Yesus, itunya sebabnya, jika kita mengulang baptisan yang kita terima, kita telah mempermainkan Perintah Yesus dan berdosa. Biasanya orang-orang yang mau dibaptis ulang karena doktrin dari Kharismatik dan sejenisnya adalah orang-orang yang paling celaka, karena tanpa disadari, dia telah mempermainkan Perintah Yesus, mereka mau dibaptis ulang dengan diselamkan seperti yang dilakukan Yohanes demi kemauan dan kepuasan manusia. Baptis ulang saat ini hanyalah permainan dari yang menamakan dirinya pengkhotbah dan pembaptis, tetapi kadang kadang dia seperti musang berbuluh domba untuk mencari mangsanya.
Karena ini, tidak patut lagi mempertentangkan atau mempersoalkan syah tidaknya baptisan anak-anak maupun baptisan dewasa, walau pun banyak orang yang sudah terlanjur. Jangan memvonis bahwa baptisan anak-anak tidak benar dan baptisan dewasa yang benar, baptisan percik dan dituangkan tidak benar, melainkan baptisan selam. Semua baptisan Kudus benar apabila dilakukan sesuai dengan perintah Yesus sendiri “baptislah mereka di dalam Nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Baptisan itu sekali untuk selamanya.
Yang terpenting harus dipahami, bahwa “baptisan” yang dilaksanakan dengan percik, dituangkan, diselamkan harus dipercayai bahwa Firman Tuhan itu yang menyelamatkan dan sekali untuk selamanya. Firman Tuhan tidak pernah mengajarkan baptisan harus diulang-ulang, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan (Ef 4: 5). Lalu bagaimana kita menghadapi musuh yang ternyata paling berbahaya selama ini, dengan mengatakan “tidak syah baptisan gereja lain”? Jawaban yang pasti: “w a s p a d a l a h s i p e n y e s a t”
Tulisan : Johannes Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar