Rabu, 06 November 2013

RENUNGAN


KEKUATAN DAN DUKUNGAN

Bacaan: Ayub 4:1-11
NATS: Orang yang jatuh telah dibangunkan oleh kata-katamu, dan lutut yang lemas telah kaukokohkan (Ayub 4:4)
Surat kabar lokal memberitakan tentang seorang ibu yang kecewa. Anak laki-lakinya yang berumur 21 tahun, yang selalu tampak sebagai anak muda yang baik, ditangkap polisi karena terlibat narkoba.
Hal yang sama terjadi di komunitas kami. Orangtua dan saudara-saudara dari seorang anak lelaki yang berumur 15 tahun merasa berdukacita karena anak tersebut tewas terkena peluru nyasar.
Seorang teman yang telah lanjut usia merasa kecewa karena anak perempuan tunggalnya, yang paling ia andalkan, meninggal dunia karena kanker.
Orang-orang yang bersedih memiliki kebutuhan yang sama, yaitu penghiburan yang datang dari Allah yang dapat dipercaya. Mereka perlu diyakinkan bahwa tragedi atau dukacita bukanlah tanda kemarahan Allah. Sebaliknya, Allah menangis bersama mereka, mengasihi mereka, dan Dia tidak pernah meninggalkan umat kepunyaan-Nya.
Elifas berkata kepada Ayub, “Orang yang jatuh telah dibangunkan oleh kata-katamu, dan lutut yang lemas telah kaukokohkan” (Ayub 4:4). Ayub mendapatkan pujian ini sekalipun ia sedang sangat menderita. Dan ketika kita memberikan penghiburan kepada orang yang berduka atau menderita, kita tidak hanya sedang menyamai Ayub — kita menyamai Yesus.
Di tengah-tengah orang yang sedang berduka, kita masingmasing dapat berupaya menjadi seorang penghibur seperti Ayub. Marilah kita memohon kepada Allah agar Dia membuat hati kita cukup lembut untuk mendukung dan menguatkan mereka yang berduka –HVL
ALLAH TIDAK HANYA MENGHIBUR KITA SUPAYA KITA TERHIBUR
TETAPI juga AGAR KITA MENJADI PENGHIBUR ORANG LAIN

 

JANGAN SIMPAN

Bacaan: Roma 10:8-17
NATS: Bagaimana orang mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? (Roma 10:14)
John Geddie, misionaris dari Kanada, memberi diri untuk memberitakan Injil di Kepulauan Vanuatu, Samudra Pasifik bagian selatan. Sejak ia datang, hanya satu hal yang dilakukannya setiap hari: berbagi tentang Kristus yang telah mati dan bangkit kepada orang-orang Vanuatu yang belum pernah mendengarnya! Perjuangannya berpuluh-puluh tahun di sana berbuah nyata. Geddie yang mempelajari bahasa mereka dari nol, akhirnya berhasil menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Vanuatu. Dengan itu, ia telah membawa ribuan orang untuk mengenal, percaya, serta mengikut Kristus.
Geddie setia melayani di pulau itu hingga akhir hayatnya. Saat ia meninggal, orang-orang memasang plakat peringatan bagi Geddie di gereja mereka, yang bertuliskan: “Ketika Geddie datang dan mendarat pada tahun 1848, di sini tidak ada orang kristiani. Ketika ia berpulang pada tahun 1872, di sini tak ada lagi orang yang tidak mengenal Kristus”.
Percaya bahwa Kristus menyelamatkan kita lewat pengurbanan-Nya, adalah langkah penting yang pertama (ayat 9). Lalu, bila jiwa kita sudah diselamatkan, pantaskah kita berdiam diri? Paulus dan Geddie telah merasakan anugerah yang tak terukur melimpahi dan memperbarui hidup mereka. Itu sebabnya dengan yakin mereka mengambil langkah kedua: menceritakan kebangkitan Kristus kepada mereka yang belum mendengar tentang Kristus (ayat 14,15), agar mereka menemukan pengharapan bagi jiwa. Setiap hari, pasti ada seseorang yang perlu mendengar kabar baik tentang Kristus. Yesus telah mati untuk semua orang (ayat 12). Adakah kita hendak menyimpannya untuk diri sendiri? -AW
ADA BANYAK KESEMPATAN UNTUK BERTEMU SESEORANG HARI INI
BERAPA BANYAK YANG KITA PAKAI UNTUK BERCERITA TENTANG YESUS?

 

TEOLOGI EEYORE

Bacaan: Mazmur 90:1-17
NATS: Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami (Mzm. 90:17)
Bagaimana cara orang yang percaya kepada Yesus Kristus mengatasi beban kehidupan dan singkatnya kehidupan tanpa menyerah pada apa yang disebut Michael Easley dari Moody Bible Institute sebagai “teologi Eeyore”? Eeyore, keledai pemurung teman Winnie-the-Pooh, selalu berjalan lamban dengan kepala menunduk. Ia melihat segalanya dari sisi negatif. Seorang kristiani yang seperti Eeyore akan melontarkan pernyataan seperti ini: “Dosa merajalela di mana-mana, bahkan di gereja.” “Dunia bertambah buruk daripada sebelumnya.” “Allah akan menghakimi kita atas kefasikan kita.”
Ketika menulis Mazmur 90, Musa sedang bermuram durja karena merenungkan beda antara kemuliaan Allah yang kekal dan kelemahan manusiawi kita. Kita bergumul, berduka, berdosa, takut akan Allah, dan mati (ay. 7-10). Ini membuat depresi, bukan? Namun, Musa tak mengakhiri mazmurnya dengan suasana muram.
Bagaimana respons Musa terhadap teologi Eeyore? Ia menulis, “Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami” (ay. 14). Apabila kita melihat nilai setiap momen dan hidup di dalam kemuliaan karena penebusan Kristus serta sukacita karena berkat-Nya atas kita, sesungguhnya kita tengah menunjukkan kepuasan kita di dalam Allah kepada anak dan cucu kita (ay. 16,17).
Ya Tuhan, jauhkan kami dari sikap seperti Eeyore, dan tolonglah kami untuk mewariskan sukacita, pengharapan, dan damai sejahtera –DCE
Bila cobaan datang dan hatiku berat,
Bila sakit dan sedih terus menyerbu,
Aku berserah kepada-Mu, Tuhan, biar kulihat
damai sukacita yang Kaujanjikan kepadaku. –Fitzhugh
ANDA TAK AKAN MENJADI ANAK YANG TAK BERPENGHARAPAN
JIKA ANDA INGAT KEPEDULIAN BAPA

 

SURAT PRIBADI

Bacaan: Mazmur 119:97-104
NATS: Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari (Mazmur 119:97)
Pada tahun 1991, aktris Julia Roberts ditanyai barang apa yang paling dianggapnya berharga. “Saya menyimpan surat dari ayah saya,” jawabnya. “Itu adalah satu-satunya surat yang dapat saya simpan sebagai seorang anak …. Seandainya ada orang yang mengambil surat itu, hidup saya akan hancur. Surat itu mungkin tak berarti apa-apa bagi orang lain, namun saya dapat membacanya sepuluh kali dalam sehari, dan saya mendapatkan kesan berbeda setiap kali mengulanginya.”
Menurut filsuf Denmark yang bernama Søren Kierkegaard, Alkitab merupakan surat cinta yang sangat berharga dari Bapa surgawi bagi anak-anak-Nya. Bagaimana Anda memandang Alkitab? Apakah Anda menganggap bahwa itu hanyalah sebuah buku kuno yang dikenal karena nilai-nilai sejarah dan keagamaannya? Atau Anda menganggapnya sebagai sebuah surat pribadi dari Bapa surgawi Anda, satu-satunya surat berharga yang pernah ada? Dan apakah Anda membacanya berulang-ulang, bahkan setiap hari, serta menemukan sesuatu yang menyentuh hati Anda setiap kali membacanya?
Jika Anda tidak lagi merasakan sapaan surat cinta Allah kepada Anda, cobalah luangkan waktu selama seminggu untuk membaca Mazmur 119. Mazmur tersebut merupakan sebuah nyanyian pujian tentang firman-Nya. Anda akan mendapati bahwa Alkitab dapat membuat Anda bijaksana dan dapat membantu Anda bertahan “terhadap segala jalan kejahatan” (ayat 98,101). Firman itu akan menjadi “manis” bagi Anda, “lebih daripada madu bagi mulut[mu]” (ayat 103) –VCG
ALKITAB YANG DIBACA DENGAN BAIK
ADALAH SAHABAT BAGI JIWA YANG DIKENYANGKAN

 

ANDA BERHARGA

Bacaan: Yesaya 43:1-7
NATS: Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau (Yesaya 43:4)
Relakah Anda mengeluarkan uang ratusan juta atau menulis cek bernilai jutaan untuk sebuah barang yang tidak berharga? Tentu tidak! Kita bersedia membayar mahal hanya untuk sesuatu yang kita anggap berharga dan bernilai.
Demikian juga ketika Allah meninggalkan takhta kemuliaan-Nya di surga, turun dan mengambil rupa seorang hamba, serta mati disalib untuk menebus manusia dari dosa. Bukankah ini sebuah harga yang begitu mahal? Lalu, apakah mungkin Allah mau menebus sesuatu yang tidak berarti dengan harga mahal? Tentu tidak! Jika Allah mengurbankan Anak-Nya yang tunggal dan sangat berarti bagi-Nya untuk sesuatu yang tidak berharga, tentu ini sebuah kekonyolan besar!
Mengapa Allah melakukan semua itu demi kita? Sekarang kita memiliki jawaban pasti: karena kita berharga di mata-Nya! Bacaan hari ini memuat beberapa ungkapan tentang betapa berharganya kita sebagai kepunyaan-Nya (ayat 1,3,4). Itu sebabnya Allah mau mengurbankan segala sesuatu untuk menyelamatkan kita. Dia mengejar, mencari, melongok ke tempat gelap untuk mencari manusia yang terhilang.
Biarlah pengertian ini memupus semua cara pandang yang salah tentang diri sendiri. Selama ini mungkin kita merasa tidak berarti dan tidak berharga. Mungkin kita memiliki latar belakang dan masa lalu yang suram. Jangan biarkan hal ini merasuk dan merusak diri kita. Jangan mudah memercayai apa yang dikatakan orang lain atau diri sendiri mengenai diri Anda, tetapi percayalah pada apa yang dikatakan Tuhan tentang diri kita, “Engkau berharga di mata-Ku” (Yesaya 43:4) -PK
TUHAN BERKURBAN DENGAN HARGA MAHAL
UNTUK SESUATU YANG SUNGGUH BERARTI

 

KHOTBAH YANG SAMA

Bacaan: Matius 4:12-17
NATS: Sejak itu Yesus mulai memberitakan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” (Mat. 4:17)
Ada sebuah kisah tentang seorang pria yang memberikan khotbah yang mengesankan. Ia berusaha menjadi pendeta di sebuah gereja baru. Semua orang menyukai khotbahnya dan memilihnya untuk menjadi pendeta baru mereka. Namun, mereka agak terkejut ketika sang pendeta menyampaikan khotbah yang sama pada hari Minggu pertamanya di sana — dan lebih mengejutkan lagi, ia mengkhotbahkan hal yang sama lagi pada minggu depannya. Setelah ia memberikan khotbah yang sama selama tiga minggu berturut-turut, para pemimpin gereja menemuinya untuk mencari tahu alasannya. Pendeta itu meyakinkan mereka, “Saya tahu apa yang saya lakukan. Bila Anda semua sudah mulai menjalankan pesan khotbah tadi dalam hidup ini, barulah selanjutnya saya akan memberikan khotbah yang lain.”
Yesus kerap berkhotbah dengan tema berulang. Jangan heran, itu karena Raja segala raja ingin memastikan bahwa umat-Nya sudah memahami apa yang mereka butuhkan untuk menjadi bagian di kerajaan-Nya. Dia memberi perintah ke seluruh dunia, yaitu perintah yang sangat berbeda dengan yang biasa dijalani manusia dalam hidup ini. Tema seperti pengampunan, pelayanan, serta belas kasih dan anugerah yang tak bersyarat berulang kali dikhotbahkan-Nya.
Dua ribu tahun kemudian, ternyata kita pun membutuhkan khotbah yang sama tersebut. Begitu kita mulai bertobat dan hidup di bawah otoritas, pemerintahan, dan kekuasaan Yesus Sang Raja, kita akan merasakan manfaatnya bagi hidup kita, yakni untuk memuliakan nama-Nya dan untuk menjadi berkat bagi sesama –JS
Alkitab memberi pedoman pada kita
Untuk hidup memuliakan nama-Nya,
Tetapi tidak berguna kalau tidak dibaca
Dan ditaati segala perintah-Nya. –Sper
KHOTBAH BELUM LENGKAP BILA BELUM DIPRAKTIKKAN

 

KETIKA API PADAM

Bacaan: Amsal 26:17-28
NATS: Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran (Amsal 26:20)
Jika api telah habis membakar sesuatu, maka ia akan padam. Demikian juga apabila gosip sampai ke telinga seseorang yang tidak akan meneruskannya, maka berakhirlah gosip itu.
Gosip, seperti halnya dosa-dosa yang lain, bagaikan “sedap-sedapan perkataan” (Amsal 26:22). Kita senang mendengar dan menceritakannya kepada orang lain karena “rasanya” mengasyikkan. Gosip berakar pada keinginan kita untuk menyenangkan diri sendiri. Saat kita menjelek-jelekkan orang lain, kita menganggap seolah-olah diri kita lebih baik.
Karena itulah, penyebaran gosip sangat sulit dihentikan. Diperlukan doa dan anugerah Allah agar kita dapat menolak menceritakan atau bahkan mendengar gosip — bahkan terhadap gosip tersamar dalam keprihatinan pribadi atau permintaan untuk mendoakan teman yang berbuat dosa dan bermasalah.
Kita perlu memohon hikmat dari Allah agar kita dapat mengetahui kapan harus berbicara, apa yang dibicarakan, dan kapan kita perlu menutup mulut. Karena “di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi” (Amsal 10:19).
Kerap kali, lebih bijaksana apabila kita tetap diam atau tidak banyak mengucapkan kata-kata. Namun apabila kita harus berbicara, marilah kita membicarakan hal-hal yang membangkitkan semangat dan mendorong orang lain untuk lebih dekat dengan Allah, dan bukan hal-hal yang akan melemahkan dan melukai mereka. “Lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan” (Amsal 12:18) –DHR
HANCURKANLAH GOSIP DENGAN MENGABAIKANNYA
( Di Sadur dari : Renungan Harian Kristen )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar