Baptisan anak-anak (bayi) dan Babtisan Ulang
Syahkah baptisan bayi? Hal ini masih banyak yang mempertentangkannya, karena
bayi belum mengerti dan belum percaya. Oleh karena itu, harus tegas dikatakan:
“Tidak ada alasan mengatakan bayi belum percaya tidak dapat menerima
keselamatan melalui baptisan”. Orang yang tidak percayapun diselamatkan Yesus
oleh karena iman orang lain. Di Kapernaun, anak pegawai istana, diselamatkan
Yesus, bukan iman anaknya yang menyelamatkan, melainkan iman orang tuanya (Yoh
4: 46 – 53). Iman kepala rumah ibadah Yairus yang percaya, bukan putrinya dan
putrinya diselamatkan dari kematian (Luk 8: 40 …), orang lumpuh yang diusung
oleh sahabat-sahabatnya, membongkar atap tempat Yesus mengajar dan menurunkan
tepat di hadapan Yesus, Yesus memuji iman mereka, bukan iman orang yang lumpuh
yang menyelamatkan dia, tetapi dia disembuhkan (Luk 5: 17 …), seorang perwira
berkata kepada Yesus: “katakanlah sepata kata, maka hambaku itu akan sembuh”,
bukan iman hamba perwira yang menyelamatkannya, melainkan iman perwira tersebut
dan hambanya diselmatkan (Luk 7: 1…) dan bahkan seorang janda yang menangis
karena anak tunggalnya mati, tidak dikatakan bahwa janda itu beriman, tetapi
Yesus tergerak oleh belas kasih dan menghidupkan anak muda di Nain, sekali lagi
bukan iman anak muda itu (Luk 7: 11…) dll.
Jangan mempersoalkan bayi belum mengerti dan belum percaya, tetapi persoalkan apakah baptisan yang saya lakukan dan terima sesuai dengan perintah Yesus? Semua yang diselamatkan Yesus dari kisah di atas, tidak ada satupun dari antara mereka yang percaya, melainkan kepercayaan orangtuanya, temannya, atasannya, tetapi mereka diselamatkan Yesus. Terlampau kerdil kita, kalau masih mempertentangkan bayi belum percaya, sehingga tidak layak menerima Keselamatan dari Yesus melalui baptisan. Bayi yang belum percaya, melainkan ia diselamatkan oleh iman orangtuanya dalam baptisan Kudus, bukan iman bayi itu, namun sekali lagi iman orangtuanya.
Jangan mempersoalkan bayi belum mengerti dan belum percaya, tetapi persoalkan apakah baptisan yang saya lakukan dan terima sesuai dengan perintah Yesus? Semua yang diselamatkan Yesus dari kisah di atas, tidak ada satupun dari antara mereka yang percaya, melainkan kepercayaan orangtuanya, temannya, atasannya, tetapi mereka diselamatkan Yesus. Terlampau kerdil kita, kalau masih mempertentangkan bayi belum percaya, sehingga tidak layak menerima Keselamatan dari Yesus melalui baptisan. Bayi yang belum percaya, melainkan ia diselamatkan oleh iman orangtuanya dalam baptisan Kudus, bukan iman bayi itu, namun sekali lagi iman orangtuanya.
Tidak heran, apabila banyak orang yang belum mengerti arti baptisan itu,
terombang-ambing imannya dan bahkan mau menerima kembali baptisan ulang. Aliran
Kharismatik dan sejenisnya dengan getol menyuarakan lewat sebuah ajarannya
mengatakan: “tidak akan ada keselamatan bagi orang-orang yang menerima baptisan
semasa anak-anak”. Ajaran ini cukup menyesatkan orang-orang percaya, khususnya
banyak warga Kristen yang mau mendengarkannya ajaran tipu daya tersebut.
Artinya ajaran ini, mau menyatakan bahwa bapak-bapak gereja terdahulu, yang
menyebarkan Firman Tuhan (dan mungkin tanpa mereka Injil tidak pernah sampai
kepada yang mereka yang mengatakan baptisan anak-abak tidah syah), seperti:
Polycarpus mati martir (167/8 AD), Pdt Samuel Munson dan Pdt Henry Lyman (1834)
yang mati dibunuh di Lobu Pining Tapanuli Utara, Pdt. DR I L Nommensen yang
kadang disebut Rasul suku Batak dll, semuanya menerima baptisan semasa bayi,
juga tidak menerima keselamatan.
Baptisan anak-anak/bayi sejauh dilakukan berdasarkan Printah Yesus, itu
baptisan yang benar dan syah. Dengan kata lain, tidak ada dasar untuk tidak
membaptis anak-anak dalam keluarga dan tidak ada suatu kuasa apaun yang dapat
melarang anak-anak untuk berpatisipasi dalam menerima keselamatan yang Allah
berikan kepada manusia dalam Yesus Kristus melalui baptisan. Kisah Rasul
menuliskan: “Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu… (2: 38 – 39).
Anak-anak dan bayi juga termasuk dalam Perjanjian Allah yaitu melalui baptisan,
yang diutamakan dalam baptisan itu adalah “Perjanjian Allah”. Berkat Perjanjian
Allah diperluas hingga kepada keturunan orang beriman. Yang pasti anak-anak pun
turut serta dalam peringatan-peringatan bersama dengan orang tua mereka.
Baptisan bayi di Huria Kristen Batak Protestan. (HKBP)
HKBP dengan konfessinya mengatakan: “Kita percaya dan menyaksikan Pembatisan
Kudus jalan pemberian anugerah kepada manusia, sebab dengan pembaptisan
disampaikan kepada yang percaya keampunan dosa, kebaruan hidup, kelepasan dari
maut dan iblis, serta sejahtera yang kekal”.
“Dengan baptisan ini kita menyaksikan: Anak kecil pun harus dibaptiskan
karena dengan baptisan itu, mereka juga masuk ke dalam persekutuan yang
menerima anugerah pengorbanan Kristus, berhubungan dengan pemberkatan anak-anak
oleh Tuhan Yesus”
HKBP membatiskan bayi berdasarkan Perintah Tuhan Jesus “Pergilah, jadikanlah
semua bangsa muridku, dan baptislah mereka dalam Nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus…” (Matius 28: 18 – 2). Firman Tuhan Yesus dalam Injil Markus: “ Lalu
orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus supaya Ia menjamah mereka, akan
tetapi mudi-muridNya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat itu, Ia
marah dan berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak itu dating kepadaKu, jangan
manghalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti itulah yang empunya
Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa tidak menyembut
Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.
Lallu Ia memeluku anak-anak itu dan meletakkan tanganNya atas mereka Ia memberkati
mareka”.
Dalam Pelayanan baptisan anak-anak di HKBP ada beberapa janji yang
diikrarkan orangtuanya berjanji di hadapan Tuhan yang mengetahu segala segala
sesuatu dan di hadapan jemaat yang percaya akan Perintah Yesus, janji itu
adalah:
Pertama : Bahwa mereka menghendaki agar anak-anak mereka dibaptis ke dalam Na Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus (red Batak “tu na hinaporseaanmuna = kepada yang mereka percayai).
Pertama : Bahwa mereka menghendaki agar anak-anak mereka dibaptis ke dalam Na Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus (red Batak “tu na hinaporseaanmuna = kepada yang mereka percayai).
Kedua : Bersedia membimbing anak-anak agar mereka mengetahui dan melakukan
Firman Allah
Ketiga : Bersedia menyuruh anak-anak ke gereja dan membersarkannya dalam
pengajaran Kristen Protestan agar mereka menjadi anggota jemaat yang hidup
dalam Yesus Kristus.
Ketiga janji itulah yang menghantarkan mereka membawa anak-anak (bayi) untuk
menerima baptisan Kudus kepada apa yang mereka Percayai. Sesungguhnya bukan air
itu yang mempunyai kekuatan melainkan Firman Tuhan yang ada di dalam dan
menguatkan air itu, serta iman yang mempercayai bahwa Firman Tuhan berada di
dalam air itu. Karena tanpa Firman Tuhan di dalamnya,m air itu hanyalah air
biasa saja dan bukan baptisan. Inilah air yang penuh berkat kehidupan dan
menyucikan kalahiran kembali di dalam Roh Kudus seperti yang dikatakan oleh
Rasul Paulus kepada Titus: “Tetapi karena rahmatNya oleh permandian kelahiran
kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Toh Kudus, yang sudah
dilimpahkanNya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita
sebagai orang yang dibenarkan oleh kasihNya, berhak menerima hidup yang kekal,
sesuai dengan pengharapan kita” (3: 5 …) Itu yang biasa dilakukan Protestan
khususnya Huria Kristen Batak Protestan (red. HKBP, baptisan itu yang penulis
lakukan).
Vonis yang dilemparkan gerekan Kharismatik dan kelompoknya untuk menarik
(kadang-kadang disebut mencuri) anggota-anggota jemaat lainnya dengan semboyan
“baptis bayi tidak syah karena belum percaya”. Vonis ini mempengaruhi orang
percaya yang imannya kerdil dan tidak mengetahui apa dan bagaimana makna dari
baptisan. Sebenarnya tidak patut lagi mempersoalkan baptisan “anak-anak” atau
“baptisan dewasa”, yang perlu dipersoalkan bagaimana Berita Keselamatan sampai
ke ujung bumi, bukan baptisan kita benar, baptisan orang lain salah. Kita
kembali meninjau ke sejarah baptisan yang terjadi setelah Kebangkitan dan
Kenaikan Yesus.
Untuk melihat kebenarannya atas penilaian Kharismatik, ada baiknya kita
kembali kepada dasar pertama, yaitu bahwa “baptisan” yang kita laksanakan
adalah perintah Yesus dan bukan kemauan manusia. Persoalan baptisan “anak-anak
dan baptisan dewasa”, tidak ada kita temui dalam Perjanjian Baru, yang kita
temui adalah dua jenis baptisan, yaitu:
Pertama : Baptisan “persekutuan/keluarga”. Ini banyak kita temui, Krispus
dibaptis bersama-sama seisi rumahnya (Kisah 18: 8; bnd 1 Kor 1: 14), Lydia
dibaptis dengan seisi rumanya (Kisah 10: 48), kepala penjara dibaptis dengan
seisi rumahnya (Kisah 16: 33) dan Stepanus dibaptis dengan seisi rumahnya (1
Kor 1: 16).
Yang dimaksud dengan seisi rumah/keluarga, pastilah persekutuan hidup, dan
anggotanya bukan saja terdiri dari suami, istri, anak-anak, tetapi mungkin juga
termasuk hamba-hamba yang hidup dan bekerja dalam keluarga itu. Persekutuan itu
dikenal dengan “Oikos” (dari sinilah asal kata Okumene) dan kepala keluarga
mempunyai kuasa yang besar, pemegang pimpinan. Baptisan dalam oikos tentulah
dilayani dalam dan berdasarkan iman, bukan iman individual, melainkan iman
persekutuan. iman korporatif, jadi baptisan keluarga itu berdasarkan
pengetahuan dan iman. Paulus mencatat dalam surat pertama ke jemaat Korintus
(10: 1 – 4): “ Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek
moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua
telah melintasi laut. Untuk menjadi pengkut Musa mereka semua telah dibaptis
dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan
mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu
karang rohani yang mengikuti mereka, dbatu karang itu ialah Kristus”. Semua
telah dibaptis, orangtua, dewasa, anak-anak, bayi. Bayi tidak ditinggalkan Musa
menjadi korban Firaun dalam kekuatan bala tentaranya
Kedua : Baptisan Individu. Ini dilakukan kepada dua orang saja, yaitu kepala
perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia (Kisah 8: 26…) dan Paulus,
keduaduanya adalah orang-orang yang tidak terlibat hidup dalam hubungan rumah
tangga.
Baptis Ulang mempermainkan Perintah Yesus dan dosa
Mengapa harus dibaptis ulang? Yang jelas, karena baptisan itu sekali untuk
selamanya, maka baptisan tidak perlu diulang lagi. Dalam Perjanjian Baru (Kisah
19: 1 – 6) kita temui baptisan ulang hanya sekali dilakukan, itu pun disebabkan
beberapa alasan yang tertentu, yaitu:
Pertama: Baptisan Yohanes pada saat itu mengajak orang kepada pertobatan dan
memperbaharui diri, sedangkan baptisan yang kita terima adalah materai
pengesahan Allah, bahwa kita telah turut mati dan dibangkitkan bersama Yesus
dan berhak menjadi pewaris kerjaan Allah.
Kedua : Karena mereka dibaptisan dalalm baptisan Yohanes, mereka harus
percaya kepada Yesus (red. yang memerintahkan “baptis dalam Nama Allah Bapa,
Anak dan Roh Kudus) dan mereka menerima baptis ulang dalam Nama Tuhan Yesus.
Ketiga : Baptisan itu kurang sempurna dan tidak menyelamatkan bangsa Yahudi,
itulah maka mereka harus dibaptis ulang
Karena baptisan itu kudus adanya dan merupakan perintah Yesus, maka tidak
perlu diulang-ulang hanya untuk memenuhi kemauan hati manusia belaka. Oleh
karena itu: “Celakalah orang-orang yang mempermainkan Perintah Yesus”.
Oleh karena Baptisan merupakan sakramen yang diperintahkan Yesus, itunya
sebabnya, jika kita mengulang baptisan yang kita terima, kita telah
mempermainkan Perintah Yesus dan berdosa. Biasanya orang-orang yang mau
dibaptis ulang karena doktrin dari Kharismatik dan sejenisnya adalah
orang-orang yang paling celaka, karena tanpa disadari, dia telah mempermainkan
Perintah Yesus, mereka mau dibaptis ulang dengan diselamkan seperti yang
dilakukan Yohanes demi kemauan dan kepuasan manusia. Baptis ulang saat ini
hanyalah permainan dari yang menamakan dirinya pengkhotbah dan pembaptis,
tetapi kadang kadang dia seperti musang berbuluh domba untuk mencari mangsanya.
Karena ini, tidak patut lagi mempertentangkan atau mempersoalkan syah tidaknya baptisan anak-anak maupun baptisan dewasa, walau pun banyak orang yang sudah terlanjur. Jangan memvonis bahwa baptisan anak-anak tidak benar dan baptisan dewasa yang benar, baptisan percik dan dituangkan tidak benar, melainkan baptisan selam. Semua baptisan Kudus benar apabila dilakukan sesuai dengan perintah Yesus sendiri “baptislah mereka di dalam Nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Baptisan itu sekali untuk selamanya.
Karena ini, tidak patut lagi mempertentangkan atau mempersoalkan syah tidaknya baptisan anak-anak maupun baptisan dewasa, walau pun banyak orang yang sudah terlanjur. Jangan memvonis bahwa baptisan anak-anak tidak benar dan baptisan dewasa yang benar, baptisan percik dan dituangkan tidak benar, melainkan baptisan selam. Semua baptisan Kudus benar apabila dilakukan sesuai dengan perintah Yesus sendiri “baptislah mereka di dalam Nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Baptisan itu sekali untuk selamanya.
Yang terpenting harus dipahami, bahwa “baptisan” yang dilaksanakan dengan
percik, dituangkan, diselamkan harus dipercayai bahwa Firman Tuhan itu yang
menyelamatkan dan sekali untuk selamanya. Firman Tuhan tidak pernah mengajarkan
baptisan harus diulang-ulang, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan (Ef 4: 5).
Lalu bagaimana kita menghadapi musuh yang ternyata paling berbahaya selama ini,
dengan mengatakan “tidak syah baptisan gereja lain”? Jawaban yang pasti: “w a s
p a d a l a h s i p e n y e s a t”
Tulisan : Johannes Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar