Gotilon
Oleh : Pdt Henri Butarbutar
SILUA
"Persembahkanlah
syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang
Mahatinggi"“
(Mazmur 50:14)
Apa sih Pesta Gotilon? Pertanyaan yang
sederhana namun cukup sulit untuk memahaminya. Menurut Kamus Batak Toba
Indonesia, gotilon berarti musim menuai atau masa panen. Gotilon diadopsi dari
tradisi Jahudi akan Pesta Hari Raya Pondok Daun atau Pesta hari pengumpulan
hasil panen (bnd. Keluaran 23 : 16 – 17; Imamat 23 : 33 – 36; Ulangan 16 : 13 -
15 ). Pesta ini dimaknai sebagai ungkapan syukur atas berkat dan kasih karunia
Tuhan yang senantiasa memelihara kehidupan umat-Nya. Pada acara ini salah satu
unsur yang penting untuk dilaksanakan adalah dengan membawa Persembahan (Silua) berupa hasil panen
pertama (buah sulung) dari hasil pekerjaan yang dilakukan. Persembahan itu
dibawa ke dalam pelataran Bait Allah sebagai pertanda kehadiran Allah di dunia.
Persembahan yang dikumpulkan akan dipergunakan bagi suku Lewi sebagai suku yang
dikhususkan untuk melayani Tuhan, dan juga dipergunakan untuk pelayanan kepada
orang-orang marjinal (miskin) seperti : budak, para janda/duda serta yatim
piatu.
Dasar teologis membawa persembahan
(silua) kehadapan Allah adalah mengingat Umat Israel yang berada di situasi
yang penuh penderitaan dan kelaparan karena diperbudak di Mesir. Akhirnya Allah
bertindak untuk menyelamatkan mereka dan membawa ke tanah perjanjian yang penuh
dengan susu, madu, tanah yang subur. “Apabila
engkau telah masuk ke negeri yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu menjadi
milik pusakamu, dan engkau telah mendudukinya dan diam di sana. Maka haruslah
engkau membawa hasil pertama dari bumi yang telah kaukumpulkan dari tanahmu
yang diberikan kepadamu oleh Tuhan Allahmu, dan haruslah engkau menaruhnya
dalam bakul, kemudian pergi ke tempat yang akan dipilih Tuhan Allahmu untuk
membuat namaNya diam di sana”. (Ulangan 26 : 1 – 2).
Tradisi pesta Gotilon Huria yang
dilaksanakan oleh Gereja HKBP adalah kesadaran akan berbagai pemberian yang
baik dan anugerah yang sempurna semata-mata bersumber dari Tuhan. Tuhan memberkati manusia senantiasa walaupun
pemberontakkan terus ada di dalam hidup kita. Tuhan tidak pernah menghambati
akan berkat yang dicurahkan bagi manusia, cahaya sinar pagi di ufuk timur,
hujan dan panas yang silih berganti dan banyak lagi. Dengan dasar itulah kita
disadarkan untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Di dalam iman Kristen,
persembahan tidak harus dimaknai sebuah kewajiban, sebab berkonotasi tuntutan
legal. Artinya bila dilakukan atau tidak dilakukan akan berdampak yang baik dan
yang tidak baik. Justru Sebaliknya, persembahan lebih merupakan wujud/ekspresi
dari hati yang bersyukur atas kasih Allah yang melimpah. Dengan kata lain, kita
memberi karena Allah sudah terlebih dahulu memberi kepada kita. Segala yang
kita miliki menjadi cerminan untuk memberi ; baik nafas hidup, kesehatan dan
rejeki.
Adapun yang kita bawa kepada Tuhan
sebagai persembahan (Silua) tidak lagi melulu hasil panen dari tanah sebagai mana persembahan jaman dahulu yang
hidup sebagai masyarakat agraris (pertanian). Di masa kini telah terjadi
pergeseran demografi (tempat) dan wilayah pekerjaan, dari desa menjadi semi
kota dan dari semi kota menjadi kota besar (modern). Mereka tidak lagi
bersandar pada pertanian atau perkebunan melainkan bergeser pada dunia jasa dan
industri. Itu sebabnya persembahan (Silua) tidak lagi berfokuskan hasil
pertanian dan perkebunan tapi telah berubah dengan mempersembahkan benda/barang
(parsel) atau uang. Umumnya masyarakat di perkotaan mempersembahkan uang
sebagai Silua Pada puncak acara gotilon uang itu dibawa di atas piring atau
dilekatkan di bambu- bambu layaknya seperti pohon yang berdaun uang.
Pesta Gotilon merupakan kesempatan
yang baik bagi setiap warga jemaat untuk menyatakan rasa syukur atas berkat
yang diterima dari Tuhan. Dalam tradisi
Batak, Silua atau persembahan dilakukan dengan menganut falsafah hidup “Lebih baik memberi daripada menerima”.
Itu sebabnya di orang Batak dulu sangat terpelihara budaya “Marsiadap ari”
saling membantu tanpa harus menerima imbalan atau upah. Tuhan telah memberikan
hari (waktu), matahari, hujan dan segalanya untuk menjadikan segala sesuatu
sesuai dengan kehendakNya. Tuhan juga memberikan kemampuan/talenta bagi manusia
untuk memenuhi segala kehidupannya walaupun pada akhirnya Tuhan-lah yang
menjadikanNya sesuai dengan Nyanyian
BE.No.373 : 1 “Mangula hita jolma”
Mangula hita jolma, manabur boni i, alai anggo
jadina di Debata do i
Dilehon las ni ari, nang nambur udan pe, tongtong di
panumpakna marguru sasude
Nasa uli basa ro sian Debata, ipe Ibana puji ma,
huhut haposi da.
Marilah kita berlomba-lomba untuk
melakukan yang baik dengan memberikan Silua/persembahan tanpa dengan
sungut-sungut namun dengan penuh sukacita sebagai tanda syukur kita kepada
Tuhan. Dan berikanlah yang terbaik serta yang paling berharga kepada Tuhan
seperti nyanyian terakhir ibadah minggu : Tuhan
karuniaMu, Roh dan Jiwaku semua; Nyawa juga hidupku, harta milikku semua;
kuserahkan padaMu, untuk selama-lamanya. Amen
Apa sih namanya.... Pesta Gotilon.... Apa sih namanya.... hehehehe... thank you tul
BalasHapusHhahaha mauliate Pandita nami
BalasHapusPesta gotilon sudah bukan pesta lagi, tetapi lebih bernuansa "moment penggalangan dana operasional" gereja ybs. Secara teologis, harus dimani bahwa apa saja yg kita miliki baik pekerjaan, harta, kesehatan, intelektualitas dsb adalah "pemberian Tuhan". Orang yg beriman adalah wajib meniru Yesus agar semakin serupa dgn Sang Pemberi, yakni menjadi saluran berkat. Pertama-tama dana tsb guna menopang operasional gereja dalam konteks "dari kita - untuk kita", selanjutnya gereja juga dapat menggunakan dana itu untuk missi sosial dsb. Gotilon tdk baik dimaknai secara kaku, yakni "panen perdana" dari usaha agraris di kampung, sebab kita telah mengalami pergeseran demografis, bidang usaha, ragam pekernaan, aneka kesempatan dan berbagai sumber rejeki yg dimiliki umat beriman seiring dengan perkembangan zaman modernisasi.
BalasHapusmauliate amang
HapusApakah sama dengan memberi perpuluhan?
BalasHapusgak sama amang
Hapusmusim gotilon ato sabion adalah bagian hidup umat Tuhan di bona pasogit demikian pula di pangarantoan yg punya hauma na maraek ato na mahiang. setiap jemaat melakukan pesta gotilon untuk mengumpulkan persembahan jemaat yg khusus untuk memenuhi kebutuhan pelayan seperti guru huria setempat sebagai ganti gaji bulanannya. Itu masih terjadi pada tahun 1950an di daerah Tapanuli. Kini kita membawa persembahan berupa uang, bukan lagi eme dalam tandok. Selamat marpesta gptilon. Trima kasih atas tulisan di atas yg mencerahkan kita.
BalasHapusMauliate Oppung Ephorus Emiritus Pdt DR JR Hutauruk
HapusKlo petani, sumber perpuluhan dan gotilonnya bedakah sehingga acara ini berbeda? Berbedakah pemahaman imannya/ucapan syukurnya?
BalasHapusPemahaman Iman selalu sama amang, apapun istilahnya Perpuluhan Gotilon dan ucapan syukur, tinggal bagaimana kita memaknai dan memahami nya, terimakasih masukannya amang
Hapusapakah pesta gotilon itu ada target masing - masing keluarga dalam hal silua nya ?
BalasHapusTidak ada Target amang, kita memberi karena kita sudah menerima berkat dari Tuhan, dengan hati yang tulus dan mengucap syukur kita memberikan dan mempersembahkan yang terbaik buat Tuhan
HapusSebenarnya tdk ada target,ttp kitalah yg merasa besaran pasu pasu yg kita terima selama satu tahun penuh,baik dari segi kesehatan ,harta dan lain lain dari situ berapah yg wajar kita berikan sebagai ucapan syukur kita.
BalasHapusamin...Benar sekali amang ,,,Terimakasih amang setuju
HapusKenapa selalu ada lelang? Bukannya dijaman Tuhan Yesus masih hidup Tuhan marah besar saat ada pedagang,penukar uang di rumah Allah.
BalasHapusitu Konteks yang berbeda, ketika Yesus marah besar saat ada pedagang penukar uang di rumah Allah amang
Hapusjadi saat merayakan pesta gotilon, apakah lelang termasuk hal yang tidak benar, amang?
BalasHapusseperti pd waktu Tuhan Yesus marah saat ada penjualan di Bait suci Allah?