Kamis, 09 Februari 2023

Jamita tu Partangiangan ( Epistel ) tu Minggu Okuli 12 Maret 2023 , Johannes 4:20-26

 MINGGU OKULI     12 MARET 2023

 

01.  Marende BE No. 565: 1 + 4 “Las Rohangku Lao Mamuji”

02.  Votum: A.VI/B.3- DV/21

03.  Manjaha Epistel: Psalmen 95: 1 11

04.  Marende BE No. 585: 1 “Somba Ma Jahowa”

05.  Jamita: Johannes 4: 20 26

MARSOMBA TU DEBATA SIAN NASA ROHA (MENYEMBAH ALLAH DENGAN SEPENUH HATI)

Nats ini adalah cerita tentang perjumpaan Yesus dengan perempuan Samaria di sumur yang ada di Sikar. Sumur dan air merupakan sarana untuk mempertemukan antara perempuan Samaria dan Yesus. Perjumpaan mereka menghasilkan dialog tentang moral (suami) dan pengajaran mengenai Ibadah yang sejati. Dalam dialog, Yesus memproklamasikan diriNya sebagai Air Hidup; air yang tidak akan pernah kering dan akan menjadi sumber air pada kehidupan setiap orang yang membutuhkannya.

Perempuan Samaria mengalihkan topik pembicaraanya dengan Yesus. Tadinya mereka membicarakan soal moral (suami) telah berganti mengenai ibadah/agama. Orang Samaria beribadah di gunung Gerizim sedangkan Yahudi di Yerusalem. Dua tempat penyembahan yang berbeda ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan paham dalam tradisi antara Samaria dan Yahudi (kedua kelompok ini tidak ada ketemunya). Orang Samaria adalah keturunan hasil perkawinan campuran, bangsa Yahudi yang kawin dengan bangsa yang lain, dianggap bangsa yang tidak murni sebagai bangsa Israel sehingga dianggap sebagai orang berdosa, najis dan tidak mengenal Allah. Kenapa topik pembicaraan itu dialihkan? Karena perempuan Samaria ini mengetahui siapa dia sebenarnya dan apa perbuatannya. Perempuan itu menginginkan agar dosa- dosanya diampuni. Karena adanya dua tempat ibadah penyembahan, maka siperempuan Samaria ini ingin mengetahui dimana tempat penyembahan untuk penghapusan dosanya. Apakah ia harus ke Gerizim atau ke Yerusalem.

Yesus menanggapi topik yang baru itu yaitu mengenai ibadah. Yesus mengajarkannya, bahwa ibadah yang benar bukan berdasakan dimana tempatnya. Ibadah yang benar adalah mengetahui kepada siapa dia beribadah dan bagaimana cara dia untuk beribadah dan tidak menyembah apa yang tidak di kenalnya. Ibadah yang benar menurut Yesus adalah mengenal Allah dan mengenal Roh, maka setiap orang yang beribadah harus menyembah Allah di dalam roh dan kebenaran. Oleh


sebab itu, yang penting adalah siapa yang kita sembah, dan bukanlah tempatnya di mana kita untuk menyembah.

Percakapan Yesus dengan perempuan Samaria artinya Yesus menghapus batas atau tembok pemisah yang telah lama terjadi di antara kelompok Samaria dan Yahudi. Yesus menghapuskan ajaran liturgi penyembahan yang mengajarkan batas-batas antara orang yang suci dan tidak suci. Keselamatan yang dibawa Yesus melalui kematian dan kebangkitanNya, melalui darahNya yang kudus adalah keselamatan yang ditujukan bagi semua orang, sekalipun bangsa Yahudi yang pertama-tama menerimanya namun bukan mereka satu-satunya. Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini …”, keselamatan itu diberikan bagi siapa saja yang percaya.

Ibadah bukan untuk diri kita tetapi untuk Tuhan yang kita sembah. Itu sebabnya Paulus berkata kepada Jemaat di Roma: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati”. Rom 12:1-2. Tubuh dan hidup kita adalah ibadah kita, dari sanalah banyak terpancar kebenaran firman Tuhan. Amin.

 

Bahan Diskusi :

1.    Tradisi apa yang masih ada saat ini yang selalu menimbulkan batas-batas persekutuan di   antara sesama orang Kristen? Bagaimana menurut saudara/i cara untuk menghilangkan batas-batas yang terjadi dalam persekutuan?

2.    Coba kita sebutkan Ibadah yang benar menurut Yesus saat ini! Dan apa alasannya.

 

06.  Marende BE No. 185: 1 + 3 “Holan Sada Debatanta”

07.  Tangiang Sian Na Ro

08.  Marende BE No. 427: 1 – 2 “Marserep Marunduk”

09.  Tangiang Sian Parjabu

10.  Marende BE No. 830: 1... (Papungu Pelean)

11.  Tangiang Panutup (Agenda)

 

 

Pdt Alboin H. Tambunan Pendeta HKBP Resort Tanjung Leidong


Tidak ada komentar:

Posting Komentar