Minggu, 19 Februari 2023

khotbah Minggu 19 Februari 2023 2 Petrus 1:16-21 ( Minggu Estomihi )

 

TOPIK MINGGU: YESUS SANG RAJA YANG MAHAMULIA

Minggu Estomihi (2 Petrus 1:16-21)

Pendahuluan

Surat 2 Petrus ini ditulis dalam rangka meneguhkan dan mendorong umat Tuhan untuk tidak mundur dalam iman mereka karena disesatkan oleh berbagai ajaran yang tidak bertanggung jawab dari pengajar sesat. Umat Tuhan harus mampu menangkis berbagai serangan terhadap iman mereka orang Kristen yang tidak bertumbuh pasti akan mundur imannya.

Isi

 Dalam nats khotbah kita pada minggu ini, petrus ingin memberikan nasihat atau pesan kepada kita agar kita tetap hidup dalam Anugrah Allah dan berpegang teguh dalam kebenaran yang mereka terima. Kebenaran yang dimaksud adalah bahwasanya Yesus Kristus telah datang ke dunia untuk menjadi juruslamat.

Itu lah sebabnya Petrus berkata apa yang mereka beritahukan kepada jemaat, baik itu kuasa dan kedatangan Tuhan Yesus Kristus sebagai raja bukan lah dongeng isapan jempol manusia. Tetapi semua itu benar adanya. Mereka sendiri bahkan menjadi saksi mata atas kebesaran-Nya. Mereka sendiri menyaksikan, bagaimana Yesus menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."

Petrus tentu saja punya maksud, mengapa ia kembali menegaskan tentang kesaksian mereka. Tentu akan ada banyak hal yang berusaha mengaburkan kebenaran itu, karena itu lah ia kembali menegaskannya. Di ayat-ayat yang selanjutnya, Petrus mengingatkan para jemaat agar selalu waspada terhadap para nabi dan guru palsu yang bisa saja akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka (lih. 2 Petrus 2:1). Pesan Petrus ini bisa jadi salah satu alasan mengapa ia kemudian menegaskan pesannya.

Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya berita hoax. Hoax merupakan cara yang dipakai seseorang untuk mengaburkan kebenaran yang ada, dengan maksud dan tujuan tersendiri untuk kepentingaan mereka. Sehinggah apabili kita tidak berhati hati kita bisa saja menjaadi korban dari berita hoax tersebut. Ini lah sebab nya petrus menegaskan kepada kita untuk tetap berhati-hati terhada nabi atau guru palsu yang akan mengaburkan kebenaran dari Tuhan.

Jemaat yang terkasih, Jika kita perhatikan pada ayat 17 jelas disampaikan bahwa Petrus menyaksikan Yesus menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa. Apa bukti bahwa Yesus menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa? Hal ini dibuktikan ketika terdengaar suara dari Yang Maha Mulia yang menyatakan “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Berdasarkan pemahaman yang demikian bahwa Petrus pada saat itu bukan hanya sebatas sebagai saksi tetapi Petrus berusaha untuk bersaksi akan apa yang disaksikannya.

Ketidakpercayaan dalam hidup tentu saja bisa terjadi. Sama seperti murid yang kurang percaya. Mereka sudah bersama dengan Yesus dan menyaksikan karya ajaib dan mujizat-mujizat yang Yesus buat, tapi mereka masih saja kurang percaya. Hal yang sama bisa terjadi dalam hidup kita. Memang kita mengaku percaya kepada Yesus, mengaku sebagai orang yang percaya, rajin beribadah dan berdoa namun ketika diperhadapkan dengan berbagai macam tantangan dan persoalan hidup, kita langsung kehilangan sukacita dan damai sejahtera. Bahkan masalah dan persoalan yang kita alami sering kali membuat kita kehilangan kuasa dan kepekaan untuk terus mengandalkan Tuhan. Kita terlalu fokus pada masalah sehingga mengesampingkan Tuhan dan kuasa-Nya. Ingatlah apa yang dikatakan oleh Yesus, jika kita percaya, jika kita punya iman sebesar biji sesawi saja, maka kita akan dapat memindahkan gunung dan tidak akan ada yang mustahil, yang artinya apabila kita mengidupi iman kita di dalam kehidupan kita maka kita akan di selamatkan.

Terakhir Petrus mengingatkan agar nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, karena nubuat tidak dihasilkan oleh kehendak manusia, melainkan oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah. Sangat menarik Petrus menyampaikan ini sebagai pesan penutupnya di pasal ini. Karena pesan ini berkaitan dengan dorongan, agar jemaat hidup dengan saleh dan berpegang pada kebenaran, dalam masa penantian akan kedatangan Kristus. Ketika menafsir Alkitab, selalu diingatkan agar kita jangan menggunakan dengan metode eisegese, yang berarti kita menafsir dengan memasukkan pemikiran kita sendiri, tapi kita harus menafsir menggunakan metode exegese, biarkan firman atau teks Alkitab yang berbicara kepada kita. Biarkan Alkitab sendiri yang berbicara kepada kita.

 

Penutup ( kesimpulan)

Berdasarkan firman ini kita diajak untuk merefleksikan apakah kita sudah mengakui bahwa Yesus adalah Raja Yang Mulia? Atau justru sebaliknya kita menjadi Raja untuk Tuhan? sering kali kita menyebutkan bahwa Yesus adalah Raja dan Juruselamatku. Akan tetapi realita yang terjadi kita menempatkan diri menjadi Raja dihadapan Tuhan. Mengapa demikian? Dalam kehidupan ini kita sering memaksakan kehendak kita untuk dikabulkan oleh Tuhan. menganggap bahwa segala sesuatu yang berasal dari pikiran kita adalah yang baik dan benar sehingga kita lupa bahwa ada Yesus sebagai raja atas hidup kita. Oleh sebab itu marilah kita tetap berpengharapan kepada Tuhan dan tetap teguh didalam iman kepada-Nya. AMIN

Gilbert Aron Simanullang

Mahasiswa Fakultas Teologi UKSW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar