MENURUTI PERINTAH TUHAN
(1 Yohanes 3:9-24)
Saudara yang terkasih di dalam Kristus
Yesus, sungguh sukacita orang yang percaya untuk menuruti perintah Tuhan.
Perintah itu menjadikan kita benar di hadapan Dia. Tak satupun diri manusia
mengatakan dirinya benar selain hanya pembenaran dari Tuhan saja dan melakukan
perintah-perintahNya menjadi tanda dan pagar bagi kita sebagai bukti kesetiaan
kita kepada-Nya agar di dalam menuruti perintah-Nya menjadikan kita hidup benar
di hadapan Tuhan. Maka inilah yang menjadi sukacita orang percaya ketika dia
mampu untuk menjadikan dirinya tunduk dihadapan Tuhan dengan menuruti
perintah-Nya.
Surat 1 Yohanes ini menjadi suara Firman
Tuhan yang menguatkan iman jemaat pada masa itu. Iman jemaat pada masa itu
diperhadapkan dengan pandangan-pandangan gnostik dan bahayanya menjadikan hal
tersebut sebagai suatu paham bagi beberapa orang pada saat itu. Tak jarang
ditemukan diantara jemaat keluar dari komunitas sebagai orang percaya karena
besarnya pengaruh gnostik pada masa itu. Mereka-mereka itu (pemegang faham
gnostik) disebut sebagai antikristus dan pendusta (1 Yoh. 2:18-27). Gnostik
berasal dari dari bahasa yunani (gnosis) artinya pengetahuan. Secara tradisional
ajaran sesat ini aktif bergerak sejak 2 abad SM. Ajaran sesat ini menekankan
dualisme dan penguasaan pengetahuan. Oleh karena itu, ajaran ini ditolak oleh
gereja pada masanya.
Maka dari itu, surat 1 Yohanes ini
memberi pencerahan kepada jemaat pada masanya untuk tetap teguh dalam iman
percaya mereka kepada Kristus Yesus dan bukan kepada dunia serta para
penyesat-penyesat gnostik itu. Tema iman dalam 1 Yohanes ini menekankan iman
Kristen berpusat pada Yesus Kristus. Pada perikop khotbah pada Minggu Jubilate
ini menyuarakan kepada kita bahwa perintah Tuhan adalah hidup dalam kasih.
Itulah kebenaran yaitu Kristus sendiri. Kita sebagai orang yang percaya
seyogianya adalah orang-orang yang berasal dari kebenaran itu. Maka kebenaran
yang adalah Kristus sendirilah menjadi poros dan sentris dalam kehidupan kita
termasuk suara hati manusia (ay. 21). Jika dikatakan kita berasal dari
kebenaran (ay. 19) maka ini menjadi identitas kita di hadapan dunia. Ditambah
lagi kita diberi pemahaman dengan kata “diam di dalam Dia” (ay. 24) hendak
menjelaskan kepada kita bahwa kita telah melebur kepada Tuhan dan antara Tuhan
dengan kita sebagai orang percaya tidak dapat dipisahkan atau memisahkan diri
dari Dia.
Oleh karena saudara yang terkasih,
bagaimana pun cara dan upaya dunia ini hendak menggoda, mempegaruhi, serta
memporak-porandakan iman kita di dalam Kristus Yesus, hal itu menjadi sangat
mustahil bagi kita untuk terjadi di dalam hidup kita. Orang percaya itu akan
menuruti segala perintah Tuhan dan berbuat yang berkenan kepada-Nya. Upaya
dunia ini sangat besar, banyak, dan manipulatif untuk membuat kita jauh
daripada-Nya. Maka melalui suara Firman Tuhan pada minggu Jubilate ini
mengingatkan kita untuk mawas diri dan senantiasa menaruh kehati-hatian dalam
menghadapi tantangan dunia ini. Mereka (penyesat) itu boleh saja datang dan
menjelma dari perkembangan-perkembangan zaman saat ini, atau datang dalam rupa
tabiat manusia (hedonisme, konsumerisme, dan sebagainya), atau hal-hal
orientasi kekhawatiran hidup manusia, dan sebagainya yang membuat seolah-olah
kita menjadi jauh daripada-Nya dan total tidak mengindahkan perintah-Nya untuk
dituruti.
Perintah Tuhan itu adalah percaya akan
nama Yesus Kristus sebagai Anak Allah dan untuk kita hidup dalam kasih. Inilah
yang menjadi karakteristik hidup orang yang percaya di dalam Kristus Yesus.
Mereka hidup dalam kasih. Ini menjadi identitas dalam kehidupan orang percaya.
Sesungguhnya, identitas itu tidak hanya dipertontonkan melalui assesoris-assesoris,
tulisan-tulisan, rupa kaligrafi tertentu saja yang hendak memberitahukan kepada
dunia bahwa kita adalah orang percaya di dalam Kristus Yesus. Akan tetapi kita
menunjukkan sebagai orang percaya dari kesaksian dan pernyataan sikap dan
tindakan kita yang menentang setiap rupa-rupa kegelapan dan ajaran penyesatan
yang menggiring kita untuk jauh daripada Dia di dalam iman percaya kita. Serta
identitas itu, kita tunjukkan dari perbuatan kita yang penuh dengan kasih.
Inilah menjadi sukacita kita. Itu
sebabnya dalam Minggu Jubilate yang artinya bersorak-sorailah bagi Allah, hai
seluruh bumi (Mzm. 66:1) hendak mengabarkan kepada kita bahwa sukacita kita
yang luarbiasa adalah memahami dalam iman hanya percaya kepada Yesus. Semakin
kuat pun kuasa dunia ini hendak menggoda kita ke dalam pencobaan akan tetapi
kita lebih kuat daripada itu untuk tetap mempertahankan iman percaya kita
kepadaNya. Seturut dengan itu juga, menjadi sukacita kita untuk melakukan
perintah-Nya yaitu mengabarkan identitas kita sebagai orang percaya melalui
sikap hidup dalam kasih. Amin.
Penulis
Khotbah
Pdt.
Albert J. P. Pasaribu, STh
Pendeta
Fungsional HKBP Kisaran Kota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar