ALLAH
MENGUTUS PUTRANYA DAN MENGARUNIAKAN ROH NYA
YOHANNES
3:31-36
“ALLAH
YANG BERINISIATIF” inilah yang menyelamatkan manusia dari
maut. Karena dosa yang dilakukan manusia, maka hubungan antara Allah dan
manusia terputus. Dan karena itulah manusia layak dihukum dan mendapat maut.
Namun Allah sekali-kali tak membiarkan manusia untuk mati di dalam dosa, namun
Allah menginginkan pertobatan manusia dari dosa. Tuhan mau manusia mendapatkan
keselamatan. Oleh karena cintaNya itulah maka Ia mengutus anakNya yang tunggal
menderita sengsara, mati di kayu salib demi menebus dosa manusia. Dan pasal
3:16 menegaskan hal ini, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Dan cinta Allah pun tak berhenti di situ. Setelah kematian dan kebangkitan
Yesus, Allah pun berinisiatif supaya manusia merasa tidak sendiri di dunia ini.
Para murid mengalami ketakutan yang amat sangat ketika Sang Guru disalib, mati.
Dan ketika pada hari ketiga, Yesus yang mati akhirnya bangkit, namun ini pun
tak membuat rasa takut itu sirna. Masih ada rasa takut dan khawatir dalam diri
murid-murid. Peristiwa Yesus naik ke sorga dengan Amanat Agung supaya setiap
orang percaya memberitakan Injil. Dan Amanat ini semakin dapat dilaksanakan
ketika Allah berinisiatif mencurahkan RohNya yang kudus pada hari Pentakosta.
Ia mengaruniakan Roh Kudus untuk menemani manusia menjalani hidupnya. Roh
inilah yang memampukan orang percaya untuk memilih kepada jalan kebenaran dan
hidup—Roh Kudus menjadi penghibur sejati bagi mereka yang mengalami duka dan
pergumulan—Roh Kudus menolong, memimpin, menuntun, memberi keberanian bagi
setiap orang percaya. Allah yang berinisiatif—hanya karena cintaNya kepada
manusia maka mengutus Putra TunggalNya dan mengaruniakan RohNya yang kudus.
Maka mari terima dengan sukacita, dan bersaksi dengan menjadi orang yang lebih
berintegritas sebagai reaksi positif kita terhadap inisiatif Allah ini.
Ketika
orang memberikan kesaksian, biasanya yang disampaikan adalah kehebatan dan
keberhasilannya sendiri. Orang bersaksi dengan berkata bahwa dia pernah gagal
tetapi mampu bangun lagi, pernah sakit keras lalu bisa sembuh, pernah menderita
tetapi sekarang berhasil, dan sebagainya. Dalam benaknya yang ada adalah
sekarang aku berhasil mengatasi kegagalan, sakit, penderitaan, dan sebagainya.
Atau, bisa terjadi bahwa orang memberikan kesaksian dengan menyampaikan
kejelekan dan kelemahan orang lain, agar tampak dirinya baik dan hebat. Orang
sangat bangga dengan dirinya sehingga menjadi lupa akan campur tangan Allah dan
kebaikan orang lain.
Hari ini Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian tentang siapa Yesus sebenarnya.
Tanpa ragu dia mengatakan bahwa Yesus berasal dari atas dan menjadi utusan
Allah, yang menyampaikan firman-Nya dan sangat dikasihi-Nya, sehingga Allah
berkenan menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Tampak dengan jelas bahwa
ketika menyampaikan kesaksian ini, dia mengatakannya dengan gembira dan yakin
akan kehebatan pribadi Yesus dan kebenaran yang harus ditunjukkan. Dia tidak
merasa tersaingi atau sakit hati atau marah tetapi justru berkata ”Ia harus
makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (ay 30). Dia sungguh rendah hati dan
tulus hati memberikan kesaksian ini.
Apa yang kita lakukan ketika memberikan kesaksian? Apakah kita berani seperti
Yohanes, yang dengan ketulusan dan kerendahan hati mengatakan bahwa orang lain
itu lebih baik dan lebih hebat? Atau, apakah kita justru meninggikan diri sendiri,
sebagai yang baik dan hebat, dengan menjatuhkan nama baik orang lain? Suatu
pengalaman iman yang indah dan menarik ketika kita bercermin pada diri
Yohanes!!!
Dalam kehidupan orang
beriman kepada Kristus, hidupnya selalu berpusat kepada Kristus. Hidup dalam
perkataan, firman-Nya, dan kuasa-Nya, dan hubungan dengan sesama. Kuasa yang
ada di dunia ini hanya sementara, punya deadline, punya batas-batas waktu
karena tidak ada yang kekal dalam hidup manusia. Kristuslah yang berkuasa dalam
hidup orang yang beriman, perbuatannya adalah perbuatan Kristus, melalui
hubungan baik, mengasihi, semuanya telah dikuasai, dihidupi oleh kuasa Kristus.
Hidupnya bukannya hidupnya lagi, tapi Kristuslah yang hidup dalam pikiran dan
perbuatannya. Sebelum kita mau dengan rendah hati, setia menerima melakukan
kehendak Yesus, kita belum dapat menjadi saksi dan alat yang dipakai Tuhan
untuk memuliakan nama-Nya. Tuhan menuntut kita hidup sesuai dengan
kehendak-Nya, mau merubah sikap. Walaupun kita hidup di dunia ini, kita tidak
serupa dengan dunia ini, tapi kita harus mau diubah dan diperbaharui oleh kuasa
firman Tuhan. Dengan demikian kuasa Kristus itulah yang merubah: Karena Allah
Sudah Mengutus PutraNya dan mengaruniakan RohNya kepada kita maka kita Harus
percaya dan menjadi saksi Kristus . Maka dari itu kita harus memiliki 8 sikap
ini
1.
Hidup orang percaya menjadi manusia baru.
- Orang
percaya harus berguna bagi orang lain
- Orang
percaya berani menghadapi tantangan, penderitaan
- Orang
percaya berani mengampuni
- Orang
percaya mau menerima orang lain
- Orang
percaya mau berkorban untuk memberi
- Ada rasa
empati dan murah hati
- Menjadi
berkat bagi orang lain Amin
Penulis
Khotbah
Pdt
Budianto Sianturi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar