MEMELIHARA KESATUAN ROH
(Efesus 4:1-7)
Saudara yang terkasih di dalam Kristus
Yesus, memelihara kesatuan menjadi bagian sukacita dari sebuah kebersamaan,
persekutuan, dan kelompok atau pun organisasi. Dalam kesatuan itu maka kelompok
atau persekutuan tersebut akan menjadi kuat. Di dalam kesatuan itu pula tidak
menonjolkan ego masing-masing individu namun lebih memandang kebutuhan
komunitas dalam kelompok. Perihal kesatuan, setiap individu mampu menerima
orang lain di dalam hidupnya dan meniadakan dirinya bagi kepentingan kelompok.
Artinya, setiap individu mengutamakan kepentingan bersama daripada diri
sendiri. Rasul Paulus pun telah mengatakan kesatuan seperti ini dalam pola
hidup jemaat yang berada di Efesus pada masanya. Lebih lagi ditekankan oleh Rasul
Paulus untuk mereka memelihara kesatuan Roh.
Kota Efesus memiliki ciri khas yang
sangat luar biasa jika berbicara tentang kesatuan. Kota Efesus merupakan kota
terpenting di provinsi Roma. Kota ini menjadi pusat perdagangan yang berkembang
pesat. Selain perdagangan, keutamaan dalam bidang agama pun meningkat pada
pemerintahan Roma maka kuil-kuil dibangun untuk menghormari kaisar Klaudius,
Hadrianus dan Severus. Penyembahan-penyembahan pun berkembang sehingga berhala
perempuan bernama Artemis dan kuil Diana pun dibangun di Efesus. Pada masanya,
banyak orang Yahudi di Efesus memiliki kedudukan yang khas pada zaman kerajaan
Romawi mula-mula. Namun seiring itu juga, perkembangan peradaban Yunani pun
mengalami kemajuannya di kota Efesus. Hal ini yang membuat terjadi perbedaan
secara social dan budaya di tengah-tengah orang-orang maupun jemaat yang berada
di Efesus.
Perkembangan budaya dan filsafat di
Efesus menciptakan stigma sosial ditengah-tengah kehidupan orang-orang di
Efesus. Juga kehadiran beragam penyembahan Diana atau Artemis di kuil-kuilnya
yang membuat mereka semakin “lupa diri” terhadap jati diri di dalam Kristus
Yesus. Ditambah lagi persoalan keadaan mereka yang cenderung mempersoalkan
identitas pengikut Kristus sebagai golongan yang dikhususkan dengan menyebut sebagai
golongan Yahudi dan non-Yahudi. Dalam hal inilah rasul Paulus mengingatkan
kepada jemaat yang berada di Kota Efesus agar mereka tetap memelihara identitas
mereka sebagai pengikut Kristus dengan tidak mengikuti zaman pada masanya.
Itulah sebabnya Rasul Paulus menekankan kesatuan Roh.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat Efesus
dengan mengutarakan identitas dan kepribadian mereka yang sesungguhnya dengan
menyebut mereka sebagai orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan
Kristus. Identitas mereka terlihat dari kehidupan mereka yang mengutamakan
kerendahatian, kelemahlembutan, dan kesabaran, serta menunjukkan kasih dalam
hal saling membantu. Itulah identitas mereka sebagai kesatuan umat di dalam
jati diri Kristus Yesus. Dalam hal ini, mereka tidak mengumandangkan kepada
khalayak ramai dengan mengatakan bahwa mereka pengikuti Kristus, tetapi dalam
tindakan nyata mereka telah jelas bahwa mereka adalah pengikut Kristus.
Kerendahan hati, lemah lembut, sabar, dan kasih merupakan ciri khas hidup di
dalam Kristus Yesus. Rasul Paulus tidak mempersoalkan dan mengatakan identitas
mereka, apakah mereka sebagai orang Yahudi atau orang non-Yahudi (Ef. 2:11-22),
pastinya bagi mereka pengikut Kristus harus terlihatlah keempat hal tersebut di
dalam diri seseorang. Sebab Kristus telah mempersatukan.
Rasul Paulus menekankan untuk memelihara
kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera. Damai sejahtera adalah Kristus itu
sendiri, maka di dalam Kristus kita menjadi pelaku dalam sejahtera itu dalam
kehidupan kita. Kesatuan Roh yang dimaksud adalah satu tubuh dan satu Roh, satu
Tuhan dan Bapa. Kesatuan ini tidak dapat dipertentangkan lagi. Maka dengan ini,
Rasul Paulus mengingatkan bahwa tidak terdapat penyembahan lain selain daripada
Allah kita di dalam Kristus Yesus oleh RohNya. Maka Bapa di dalam Kristus, juga
Roh Kudus menjadi kesatuan bagi umat di dalam Kristus Yesus. Sehingga dalam hal
ini, di hadapan Tuhan tidak satupun pihak mengatakan sebagai kaum yang
terkhususkan. Di hadapan Tuhan semuanya setara dan sama. Sekalipun bagi
tiap-tiap orang telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian
Kristus.
Saudara yang terkasih di dalam Kristus
Yesus, Firman Tuhan pada Minggu IX setelah Trinitatis ini mengingatkan kita
untuk hidup dalam kesatuan Roh. Firman Tuhan telah diajarkan kepada kita untuk
hidup dalam kesatuan tersebut sebagai orang-orang yang telah dimemerdekakan di
dalam Kristus Yesus. Cerminan hidup sebagai orang yang tinggal di dalam Kristus
akan terlihat dalam kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, dan kasihnya
dalam hal saling membantu. Inilah karakteristik orang yang percaya itu, suatu
kerinduannya untuk saling membantu dan hidup dalam damai sejahtera Kristus.
Serta tetap memelihara bahwa kesatuan Tuhan itu hanya di dalam keTringunggalan
Tuhan saja di dalam Allah Bapa, AnakNya Kristus Yesus, dan Roh Kudus sebagai
satu kesatuan di dalam Tuhan dan Roh. Amin.
Penulis
Khotbah
Pdt.
Albert J. P. Pasaribu, STh
(Pendeta
Fungsional HKBP Kisaran Kota)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar