Muliakan Allah di Dalam Kemulian-Nya
Mazmur
29:1 – 11
Saudara yang terkasih di dalam Kristus Yesus, kata kemuliaan merupakan konsep alkitabiah
yang menggambarkan pengalaman mendasar dalam hubungan antara TUHAN Allah dengan
manusia. Kemuliaan TUHAN disini menunjukkan penyataan diri, sifat, dan
kehadiran TUHAN kepada umat manusia. Hal ini sering digambarkan dalam sejarah
keselamatan seperti pada penampakan awan yang memimpin bangsa Israel ketika di
padang gurun (Kel. 16:7,10) dan Musa melihat kemuliaanNya (Kel. 24:15-18),
kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci (Kel. 40:34,35), kitab sejarah yang
menceritakan tentang Bait Allah sebagai tempat di mana kemuliaan TUHAN
ditemukan (1 Raj. 8:11; 2 Taw 7:1-3), dapat juga ditemukan dalam Mazmur yang
digambarkan sebagai angin topan (Maz. 18:29), serta penggambaran sifat Allah
pada waktu yang akan datang kepada dunia (Mzm 57:11;96:3). Ketika kita telah
melihat dan menyadari begitu hebatnya kemuliaan TUHAN itu maka terpanggillah
kita untuk tetap berada di dalam Dia dan senantiasa memuliakan Dia sebab kita
telah melihat kemulianNya.
Dalam Mazmur 29 ini, Pemazmur sangat jelas menggambarkan
kemuliaan TUHAN atas dunia ini. Pemazmur menggambarkan kemuliaan itu di
dalam unsur-unsur semesta ini seperti
air, guntur, pohon, gunung, padang gurun, rusa betina, hutan, dan juga air bah.
Bahkan melalui unsur-unsur alam semesta itu, suara, kehadiran, dan
karya TUHAN dapat dirasakan dan dialami oleh umat manusia. Oleh karena
kemuliaan itu maka Pemazmur mengajak sekaligus mengumandangkan kepada umat manusia
untuk menyatakan kemulianNya
dalam sujud dan kekudusan. Artinya, pemazmur memberikan pemahaman bahwa hanya
kepada TUHAN Allah sajalah penyembahan yang harus dilakukan setiap ciptaan atau
bahkan seluruh umat manusia. TUHAN Allah telah nyata memperkenalkan diri dan
kemuliaanNya kepada umat manusia maka dengan itu, setiap umat manusia dipanggil
dan diperuntukkan untuk memuliakan Dia di dalam kemuliaanNya.
Mungkin saja di dalam pikiran setiap orang masih terdapat
kekuatan lain di dunia ini yang mampu untuk membantu manusia keluar dari setiap
persoalan kehidupannya. Mungkin saja masih ada manusia yang berserah kepada
kekuatan yang berasal dari dunia ini. Tetapi Firman TUHAN hendak menegaskan
bahwa semua anggapan dan sikap di atas adalah percuma di hadapan Allah. Sebab
segala hal kekuatan dunia ini tidak memiliki daya apapun terhadap umat manusia yang
memuliakan Dia. Pemazmur telah menggambarkan kekuatan dan kedahsyatan TUHAN
Allah. Di dalam ciptaanNya Allah menyatakan kemuliaanNya yang sesungguhnya jauh
dari nalar pikiran manusia. Dengan begitu kita menyaksikan bahwa Suara TUHAN
mengatasi ciptaanNya.
Pemazmur menyuarakan bahwa memuliakan TUHAN Allah di dalam
kemualianNya bukanlah suatu pilihan alternatif. Memuliakan TUHAN di dalam
kemuliaanNya adalah panggilan rohani dan keputusan sikap orang yang mengenal
Dia. Kita tentunya bangga dan sangat kagum boleh sujud dan bersembah kepada TUHAN
yang memperkenalkan diriNya di dalam kemuliaanNya. Ini menjadi kekuatan orang
yang percaya. TUHAN Allah itu dahsyat dan luar biasa (1 Taw. 16:25). Bahkan Dia
jugalah Allah yang tidak dapat ditebak dan tidak terselami segala
jalan-jalanNya (Yes. 55:8). Hanya kepastian di dalamNya adalah bahwa Dia adalah
Allah yang memelihara, memiliki rancangan damai sejahtera, dsb. Ketika setiap
umat telah mengenal TUHAN Allah maka tentulah akan menyerahkan dirinya hanya
bagi kemuliaan TUHAN Allah saja. Serta kemuliaan, kekuatan, dan sujud hanya
kepada dan bagi TUHAN Allah saja.
Saudara/i yang terkasih di dalam Kristus Yesus, pada Minggu
I setelah Epiphanias ini mengajak kita untuk semakin mengenal dan merenungkan
penyataan Allah yang tampak di dalam kemuliaanNya. TUHAN Allah memperkenalkan
kemuliaanNya melalui suaraNYA. Maka umat akan menyerukan kemuliaanNYA dengan
penuh sujud dan dengan kekudusan. Hal itu pun telah dilakukan oleh Pemazmur
karena ia mengetahui dengan benar bahwa TUHAN Allah yang dimuliakan itu
bukanlah Allah yang sembarangan. Tetapi Dia-lah
Allah yang maha berkekuatan, berkuasa, dan mulia.
Setelah mendengarkan Firman TUHAN pada perikop ini
setidaknya menambahkan sukacita rohani kita. Mengenal dan mengetahui tentang
DIA dan kemahakuasaanNYA akan menambahkan percaya kita kepadaNYA. Maka
Memuliakan DIA kita lakukan tanpa bimbang ataupun ragu-ragu. Memuliakan TUHAN Allah
menandakan bahwa tiada kuasa lain yang setara dengan DIA sebab semuanya itu pun
tunduk kepada DIA. Tidak ada rupa-rupa anemisme, dinamisme, ataupun totenisme,
dll yang dapat diperhadapkan kepada Kemahakuasaan TUHAN. Oleh karena itu,
memuliakan Allah dalam kemuliaanNya ditandai bahwa sujud itu hanya diberikan
kepadaNYA saja dan tidak ada unsur penyembahan dan keyakinan lain selain bagi TUHAN
saja. Inilah yang disebut dengan monotheisme
dan monolatheria, artinya satu
keyakinan dan penyembahan hanya kepada TUHAN Allah saja dan tidak ada Allah
lain selain daripadaNYA (Yes. 45:21).
Memuliakan Allah merupakan hubungan rohani kita kepadaNYA
secara totalitas. Setelah TUHAN Allah menyatakan diri melalui ciptaanNYA di
dalam semesta ini, maka setiap umat datang dan menghadap kepadaNYA dengan penuh
sujud dan kemuliaan. Ini menjadi sikap rohani kepada TUHAN yang berkemuliaan
dan berkekuatan. TUHAN Allah harus dipuji sebagai penguasa dunia umat manusia.
IA memperkenalkan “ketakjuban” itu di dalam semua perbuatan-pernuatanNya yang
ajaib (Kel. 34:10).
Demikian juga kasihNYA kepada orang yang percaya kepadaNya
di dalam Kristus Yesus. Allah telah menyatakan diriNya di dalam AnakNya yang
Tunggal itu. Sehingga dengan dan melalui DIA diberikan pendamaian antara
manusia yang berdosa terhadap Allah yang maha mulia. Dengan itu juga kemuliaan
Allah, bahwa sujud dan penyembahan kita kepada TUHAN Allah melalui TUHAN kita
Yesus Kristus. Kita telah menerima kasih pendamaian itu sebagai bentuk kasih
yang luar biasa seperti Suara TUHAN di dalam FirmanNya. Maka dari itu, ini
jugalah yang menambah iman percaya kita kepadaNYA bahwa di dalam Kristus kita
telah dimateraikan kepada kehidupan kekal. Dengan ini juga kita menyuarakan
mulialah Allah yang maha kasih dan maha mulia. Kiranya, kita tetap di dalam
pengharapan yang besar dan mengenal TUHAN Allah yang maha mulia di dalam
Kristus Yesus serta terpanggil untuk senantiasa memuliakan Allah oleh karena
DIA adalah Allah yang mulia. Amin
Penulis
Khotbah
Pdt.
Albert J. P. Pasaribu, STh
(Pendeta
Fungsional HKBP Kisaran Kota)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar