Kemurahan Allah Yang
menyelamatkan
Yunus 3:1-10
Saudara yang terkasih di dalam Kristus
Yesus. Pada topik Minggu Hari Minggu ini kita diberikan suatu perenungan
sekaligus penambah sukacita bahwa Allah itu berlimpah dalam kemurahan-Nya.
Kemurahan Allah yang tak terlampaui dan tak terbatas. Bahkan pemazmur
menggambarkan kemurahan Allah itu dengan ungkapan ajaib (Mzm. 17:7), baik (Mzm.
69:17), berharga (Mzm. 36:8), hebat (Mzm. 117:2), dan lebih baik daripada
apapun (Mzm 63:4). Allah di dalam kemurahan-Nya dan kasih setia-Nya merupakan
sifat Allah yang dikenal oleh umat dari panjang sejarah keselamatan hingga pada
kontemporer masa kini (Kel. 34:6,7; Neh. 9:17, Yun. 4:2,10,11, 2 Kor. 1:3).
Maka kemurahan Allah yang menyelamatkan merupakan karakteristik kepeduliaan
Allah terhadap setiap manusia.
Kemurahan Allah yang menyelamatkan dapat
kita saksikan melalui firman Tuhan pada minggu hari ini. Terlihat sangat jelas
bahwa Allah telah merancangkan pemusnahan bagi kota Niniwe (Yun. 3:10) karena kejahatan
mereka. Oleh karena itu, pengutusan Nabi Yunus untuk kedua kalinya kepada kota
Niniwe bertujuan memberitakan malapetaka dan hukuman (Yun. 3:4) sebab ini
merupakan tanggungjawabnya menyampaikan berita itu terlepas apakah diterima
atau tidak oleh orang Niniwe. Juga dengan pemberitaan itu, agar setiap orang
seisi kota itu mendengarkan Allah yang menyuarakan untuk suatu pertobatan.
Tidak berlangsung lama, setiap orang di kota itu bahkan Raja sendiri turut
memerintahkan kepada setiap rakyatnya untuk mendengarkan suara Allah itu dan bertobat.
Pemberitaan yang disampaikan oleh Yunus
menjadikan orang Niniwe percaya dan bertobat. Sebagai ungkapan lahiriah dari
pertobatan dan kerendahan hati yang sungguh-sungguh, mereka berpuasa dan
memakai kain kabung. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain
kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing
berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang
dilakukannya. Ketika suara Allah sampai kepada mereka, hal itu dianggap sebagai
sesuatu yang benar dan serius. Sehingga siapapun dan apapun mereka yang berada
di kota Niniwe mengharuskan diri untuk mengikuti perintah Allah. Di balik suatu
pertobatan itu, harapan mereka akan sebuah pengampunan dari Allah. Inilah
berita Firman Allah bahwa mereka yang mengaku dosa-dosanya serta menyesalinya dan
berpaling dari kejahatannya maka kemurahan Allah yang menyelamatkan adalah
benar dan nyata.
Pada awalnya, Allah telah mendengar
segala kejahatan penduduk kota Niniwe dan murka Allah turut di dalamnya. Inilah
latarbelakang pengutusan Yunus kepada Niniwe. Tentunya maksud dan tujuan
pewartaan suara Allah melalui Yunus agar umat itu menyadari kejahatan mereka
dan bertobat. Pada kondisi ini Allah memperkenalkan diriNya sebagai Allah yang
adil yang akan membalaskan segala kejahatan dengan hukuman. Namun pada kondisi
lain ketika orang Niniwe percaya kepada Allah (Yun. 3:5) Allah menunjukkan
kemurahanNya yang menyelamatkan itu. Pada kondisi ini juga Allah adalah kasih.
Dengan kasihNya itu Allah tidak menimpakan murkaNya kepada orang Niniwe.
Saudara yang terkasih di dalam Kristus
Yesus, pada minggu ketiga setelah Epiphanias ini juga, Allah hendak menyatakan
diriNya sebagai Allah yang penuh dengan kemurahanNya. Allah menyatakan diriNya
di dalam Kristus Yesus yang menjadi pendamaian kita manusia di hadapanNya (2
Kor. 5:18). Sebagai manusia berdosa sesungguhnya kita tidak layak di hadapan
Allah yang adalah TUHAN yang Mahabenar, Mulia dan Kudus. Maka di dalam
penebusan Kristus, Allah menyatakan kemurahanNya dalam karya keselamatan itu
kepada kita. Sehingga keberdosaan kita sebagai manusia yang hina karena dosa
itu telah dikuduskan melalui karya keselamatan melalui Kristus Yesus (1 Kor.
6:11). Itu juga merupakan Kemurahan Allah yang menyelamatkan.
Konteks kehidupan orang Niniwe tidak
jauh dari hakikat kita sebagai manusia berdosa. Kejahatan meliputi kehidupan
orang Niniwe. Hal ini sangat tidak diinginkan oleh Allah. Keberdosaan kita juga
sangat tidak berkenan dihadapan Allah. Akan tetapi, berita keselamatan itu telah
sampai kepada kita. Hal yang patut kita syukuri adalah bahwa Tuhan Allah
menyatakan kemurahanNya kepada kita. Maka kemurahan Allah yang menyelamatkan
itu harus terlihat di dalam kesadaran kita akan kebenaran iman di dalam Kristus
Yesus. Rasul Paulus mengatakan bahwa kita bukan lagi menjadi hamba dosa dan
kita telah dimemerdekakan oleh darah Kristus (Roma 6:11). Maka kemurahan Allah
yang menyelamatkan itu menjadikan kita transformative dalam kehidupan kita
yaitu kesadaran akan sebuah pertobatan dan menjadi manusia baru (Kolose 3:10).
Dalam menyambut kemurahan Allah yang
menyelamatkan itu maka setiap orang juga terpanggil haruslah bersikap proaktif
dalam mewartakannya. Sebagaimana maksud dari pengutusan Allah terhadap Yunus.
Yunus menjadi pribadi yang terpilih untuk menyuarakan firman Allah. Tentunya
mendengar kejahatan orang Niniwe bisa saja mendatangkan prasangka hal buruk terjadi
bagi keselamatan Yunus. Namun firman Tuhan itu haruslah disampaikan. Di dalam
kehidupan orang percaya juga ditekankan sikap kesungguhan dalam menggumuli
pertobatannya (Mzm. 119:30). Hanya orang yang benar-benar mengaku dosanya yang
mensyukuri pengampunan akan dosanya (1 Yoh. 1:9). Besarnya syukur terhadap
pengampunan dosa itu akan terlihat dalam kehidupannya untuk tidak “bergaul” dengan
sikap-sikap dosa. Hal ini menjadi sikap proaktif orang yang percaya.
Kemurahan Allah yang menyelamatkan itu
juga berlaku untuk seluruh umat. Dapat kita sebut keselamatan yang universal.
Hal ini tidak memandang satu aspek, golongan, latarbelakang, suku, dll tetapi
bagi setip umat dibelahan dunia ini. Ungkapan percaya kepada Allah adalah
kuncinya. Tentu kita mengingat keselamatan itu melalui Yesus Kristus (Yoh.
14:6). Hal ini dilatarbelakangi bahwa Niniwe bukanlah bangsa Israel. Niniwe
merupakan ibukota Asyur pada zaman dahulu kala. Tentu konsep keselamatan
seturut paradigma orang Israel dalam Perjanjian Lama seolah kemurahan Allah
yang menyelamatkan hanya kepada mereka saja. Hal itulah barangkali “protes”
dari Yunus sehingga mengasingkan diri ke Tarsus. Kemurahan Allah bagi Niniwe
menunjukkan bahwa bukan hanya kepada orang tertentu kemurahan Allah yang
menyelamatkan itu. Orang tertentu itu bukanlah mengacu karena keberadaan
sosialnya, statusnya, peran, jabatan, suku, golongan, latarbelakangan
kehidupan, dll. Kemurahan Allah itu nyata bagi semua orang yang mau percaya
kepadaNya di dalam Kristus Yesus. Inilah kemurahan Allah yang menyelamatkan
secara universal. Amin
Penulis
Khotbah
Pdt.
Albert J. P. Pasaribu, STh
(Pendeta
Fungsional HKBP Kisaran Kota)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar