Kotbah Minggu,
15 Agustus 2021
Teks:
Yohannes 8: 30 – 36
Allah yang memerdekakan.
Jemaat yang dikasihi Tuhan kita
Yesus Kristus,
Mungkin
masih ada diantara kita yang pernah mendengar lagu ini: “Hidup bagaikan seekor burung
dalam sangkar yang terkekang. Biar sangkarku terbuat dari emas, lebih baik ‘ku
hidup di hutan luas”. lagu
ini menggambarkan kerinduan yang sangat
dalam akan hidup bebas, merdeka. Bangsa kita 2 hari ke depan akan merayakan
kembali kemerdekaannya yang ke 76 tahun. Perayaan kemerdekaan ini adalah
peringatan kemerdekaan dari kuasa penjajah. Pasti setiap kali kita sampai pada
hari itu kita akan mengingat akan usaha, perjuangan para pahlawan bangsa untuk
meraih kemerdekaan bangsa ini. Tetapi kemerdekaan kita sebagai manusia adalah
kemerdekaan, kebebasan dari perhambaan dosa. Memang kemerdekaan, kebebasan dari
semua bentuk yang menjajah harus diperjuangkan, namun yang berkaitan dengan
dosa, usaha manusia tidak dapat
menyelesaikannya. Kita tahu bahwa, dosa
telah mengubah status manusia dari anak menjadi hamba. Satu-satunya yang dapat
mengubah status kita dari hamba menjadi anak adalah Yesus Kristus, yang
memiliki hak di dalam rumah itu. Itu sebabnya
kemerdekaan sejati hanya kita peroleh di dalam Yesus Kristus yang
disebut sebagai kebenaran itu sendiri. Bagaimana supaya orang percaya sungguh
dimerdekakan oleh Yesus Kristus? Beberapa nasihat yang sangat luar biasa
disampaikan Yesus buat kita yaitu:
Ø Tetap
tinggal dalam Firman-Nya dan kita benar-benar muridNya. Adapun yang dimaksud Tinggal tetap di
dalam Firman Tuhan bukanlah hanya sebatas: Nama, dibabtis, sidi, terdaftar
menjadi anggota jemaat. Tetapi harus taat dan setia pada perkataan Firman
Tuhan. Tinggal tetap artinya, menyatu dengan Kristus, seperti pohon dan
ranting yang tidak akan
terpisahkan. FirmanNya menjadi
makanan rohani yang selalu dirindukan
setiap hari.
Ø Kebenaran
Kristus adalah jaminan, bukan karena status, dalam hal ini keturunan Abraham. Memiliki
nenek moyang yang hebat bukanlah jaminan untuk kekekalan, keselamatan hanya ada
di dalam Kristus Yesus. Warisan dari Abraham hanya di dapat apabila kita
mengenal Dia (Yesus) yang diutus Bapa untuk menyelamatkan kita dan menerima Dia
menjadi Tuhan dan Juru Selamat kita. Orang Yahudi tidak meras menjadi hamba
siapapun. Yesus mengatakan kamu menjadi hamba dosa bila tidak percaya kepada
Yesus. Mengapa demikian? Karena hanya menerima Yesus yang adlah Tuhan yang
menyelamatkan maka status hamba dosa menjadi hamba yang merdeka (hamba Tuhan)
yang hidupnya tidak lagi di perhamba oleh dosa tetapi dimerdekakan oleh Yesus.
Ø Menjadi
anak-anak Allah. Semua orang telah berbuat dosa dan
kehilangan kemuliaan Allah. Pengampunan dari Kristus ini merupakan kuasa yang
memerdekakan kita secara menyeluruh, yang memungkinkan kita memiliki hidup yang
berkemenangan dalam semua aspek kehidupan kita.
Jemaat yang diberkati oleh Tuhan
kita Yesus Kristus,
Benar,
semua orang mendambakan kemerdekaan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa masa
kini penjajahan masih ada walau bukan lagi penjajahan antar bangsa seperti
dulu, tetapi banyak hal yang membuat kita, manusia, orang kristen terbelenggu
dan diperbudak, seperti misalnya oleh ambisi, harta, kesenangan, bahkan status di medsos, karena ingin terus up date
status dan banyak ragam yang berupa tipu muslihat iblis dan dunia ini: misalnya
dikuasai roh dendam, sakit hati kebencian, tamak akan uang, tradisi, okultisme
dll. Artinya kita hidup tidak sebagaimana seharusnya yang dikehendaki Tuhan.
Tetapi ingatlah: Kita yang telah dimerdekakan Kristus dari kuasa haruslah
mengisi kemerdekaan itu dengan kehidupan yang benar dan berkenan kepada Tuhan,
yang menghasilkan buah bagi kemuliaan namaNya. Factanya justru masih ada yang menyalah gunakan
kemerdekaan itu sebagai kesempatan melakukan dosa. Kita jangan lupakan:
Kemerdekaan dari Kristus bukan sekedar melepaskan kita dari dosa, tetapi untuk
memulihkan tujuan semula Allah menciptakan kita yaitu supaya kita hidup dalam
kebenaran sehingga menjadi serupa dan segambar dengan Dia. Maka tinggal dalam
kebenaranNya itulah yang memerdekakan
kita dari segala belenggu!
Penulis khotbah:
Biv.
Ruslyana Silalahi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar