Selasa, 07 September 2021

1 Yohanes 3:9-24 MENURUTI PERINTAH TUHAN

 

MENURUTI PERINTAH TUHAN

(1 Yohanes 3:9-24)

Saudara yang terkasih di dalam Kristus Yesus, sungguh sukacita orang yang percaya untuk menuruti perintah Tuhan. Perintah itu menjadikan kita benar di hadapan Dia. Tak satupun diri manusia mengatakan dirinya benar selain hanya pembenaran dari Tuhan saja dan melakukan perintah-perintahNya menjadi tanda dan pagar bagi kita sebagai bukti kesetiaan kita kepada-Nya agar di dalam menuruti perintah-Nya menjadikan kita hidup benar di hadapan Tuhan. Maka inilah yang menjadi sukacita orang percaya ketika dia mampu untuk menjadikan dirinya tunduk dihadapan Tuhan dengan menuruti perintah-Nya.

Surat 1 Yohanes ini menjadi suara Firman Tuhan yang menguatkan iman jemaat pada masa itu. Iman jemaat pada masa itu diperhadapkan dengan pandangan-pandangan gnostik dan bahayanya menjadikan hal tersebut sebagai suatu paham bagi beberapa orang pada saat itu. Tak jarang ditemukan diantara jemaat keluar dari komunitas sebagai orang percaya karena besarnya pengaruh gnostik pada masa itu. Mereka-mereka itu (pemegang faham gnostik) disebut sebagai antikristus dan pendusta (1 Yoh. 2:18-27). Gnostik berasal dari dari bahasa yunani (gnosis) artinya pengetahuan. Secara tradisional ajaran sesat ini aktif bergerak sejak 2 abad SM. Ajaran sesat ini menekankan dualisme dan penguasaan pengetahuan. Oleh karena itu, ajaran ini ditolak oleh gereja pada masanya.

Maka dari itu, surat 1 Yohanes ini memberi pencerahan kepada jemaat pada masanya untuk tetap teguh dalam iman percaya mereka kepada Kristus Yesus dan bukan kepada dunia serta para penyesat-penyesat gnostik itu. Tema iman dalam 1 Yohanes ini menekankan iman Kristen berpusat pada Yesus Kristus. Pada perikop khotbah pada Minggu Jubilate ini menyuarakan kepada kita bahwa perintah Tuhan adalah hidup dalam kasih. Itulah kebenaran yaitu Kristus sendiri. Kita sebagai orang yang percaya seyogianya adalah orang-orang yang berasal dari kebenaran itu. Maka kebenaran yang adalah Kristus sendirilah menjadi poros dan sentris dalam kehidupan kita termasuk suara hati manusia (ay. 21). Jika dikatakan kita berasal dari kebenaran (ay. 19) maka ini menjadi identitas kita di hadapan dunia. Ditambah lagi kita diberi pemahaman dengan kata “diam di dalam Dia” (ay. 24) hendak menjelaskan kepada kita bahwa kita telah melebur kepada Tuhan dan antara Tuhan dengan kita sebagai orang percaya tidak dapat dipisahkan atau memisahkan diri dari Dia.

Oleh karena saudara yang terkasih, bagaimana pun cara dan upaya dunia ini hendak menggoda, mempegaruhi, serta memporak-porandakan iman kita di dalam Kristus Yesus, hal itu menjadi sangat mustahil bagi kita untuk terjadi di dalam hidup kita. Orang percaya itu akan menuruti segala perintah Tuhan dan berbuat yang berkenan kepada-Nya. Upaya dunia ini sangat besar, banyak, dan manipulatif untuk membuat kita jauh daripada-Nya. Maka melalui suara Firman Tuhan pada minggu Jubilate ini mengingatkan kita untuk mawas diri dan senantiasa menaruh kehati-hatian dalam menghadapi tantangan dunia ini. Mereka (penyesat) itu boleh saja datang dan menjelma dari perkembangan-perkembangan zaman saat ini, atau datang dalam rupa tabiat manusia (hedonisme, konsumerisme, dan sebagainya), atau hal-hal orientasi kekhawatiran hidup manusia, dan sebagainya yang membuat seolah-olah kita menjadi jauh daripada-Nya dan total tidak mengindahkan perintah-Nya untuk dituruti.

Perintah Tuhan itu adalah percaya akan nama Yesus Kristus sebagai Anak Allah dan untuk kita hidup dalam kasih. Inilah yang menjadi karakteristik hidup orang yang percaya di dalam Kristus Yesus. Mereka hidup dalam kasih. Ini menjadi identitas dalam kehidupan orang percaya. Sesungguhnya, identitas itu tidak hanya dipertontonkan melalui assesoris-assesoris, tulisan-tulisan, rupa kaligrafi tertentu saja yang hendak memberitahukan kepada dunia bahwa kita adalah orang percaya di dalam Kristus Yesus. Akan tetapi kita menunjukkan sebagai orang percaya dari kesaksian dan pernyataan sikap dan tindakan kita yang menentang setiap rupa-rupa kegelapan dan ajaran penyesatan yang menggiring kita untuk jauh daripada Dia di dalam iman percaya kita. Serta identitas itu, kita tunjukkan dari perbuatan kita yang penuh dengan kasih.

Inilah menjadi sukacita kita. Itu sebabnya dalam Minggu Jubilate yang artinya bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi (Mzm. 66:1) hendak mengabarkan kepada kita bahwa sukacita kita yang luarbiasa adalah memahami dalam iman hanya percaya kepada Yesus. Semakin kuat pun kuasa dunia ini hendak menggoda kita ke dalam pencobaan akan tetapi kita lebih kuat daripada itu untuk tetap mempertahankan iman percaya kita kepadaNya. Seturut dengan itu juga, menjadi sukacita kita untuk melakukan perintah-Nya yaitu mengabarkan identitas kita sebagai orang percaya melalui sikap hidup dalam kasih. Amin.

 

Penulis Khotbah

Pdt. Albert J. P. Pasaribu, STh

Pendeta Fungsional HKBP Kisaran Kota

Tidak ada komentar:

Posting Komentar