Selasa, 07 September 2021

ALLAH MENGUTUS PUTRANYA DAN MENGARUNIAKAN ROH NYA YOHANNES 3:31-36

 

ALLAH MENGUTUS PUTRANYA DAN MENGARUNIAKAN ROH NYA

YOHANNES 3:31-36

“ALLAH YANG BERINISIATIF” inilah yang menyelamatkan manusia dari maut. Karena dosa yang dilakukan manusia, maka hubungan antara Allah dan manusia terputus. Dan karena itulah manusia layak dihukum dan mendapat maut. Namun Allah sekali-kali tak membiarkan manusia untuk mati di dalam dosa, namun Allah menginginkan pertobatan manusia dari dosa. Tuhan mau manusia mendapatkan keselamatan. Oleh karena cintaNya itulah maka Ia mengutus anakNya yang tunggal menderita sengsara, mati di kayu salib demi menebus dosa manusia. Dan pasal 3:16 menegaskan hal ini, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Dan cinta Allah pun tak berhenti di situ. Setelah kematian dan kebangkitan Yesus, Allah pun berinisiatif supaya manusia merasa tidak sendiri di dunia ini. Para murid mengalami ketakutan yang amat sangat ketika Sang Guru disalib, mati. Dan ketika pada hari ketiga, Yesus yang mati akhirnya bangkit, namun ini pun tak membuat rasa takut itu sirna. Masih ada rasa takut dan khawatir dalam diri murid-murid. Peristiwa Yesus naik ke sorga dengan Amanat Agung supaya setiap orang percaya memberitakan Injil. Dan Amanat ini semakin dapat dilaksanakan ketika Allah berinisiatif mencurahkan RohNya yang kudus pada hari Pentakosta. Ia mengaruniakan Roh Kudus untuk menemani manusia menjalani hidupnya. Roh inilah yang memampukan orang percaya untuk memilih kepada jalan kebenaran dan hidup—Roh Kudus menjadi penghibur sejati bagi mereka yang mengalami duka dan pergumulan—Roh Kudus menolong, memimpin, menuntun, memberi keberanian bagi setiap orang percaya. Allah yang berinisiatif—hanya karena cintaNya kepada manusia maka mengutus Putra TunggalNya dan mengaruniakan RohNya yang kudus. Maka mari terima dengan sukacita, dan bersaksi dengan menjadi orang yang lebih berintegritas sebagai reaksi positif kita terhadap inisiatif Allah ini.

Ketika orang memberikan kesaksian, biasanya yang disampaikan adalah kehebatan dan keberhasilannya sendiri. Orang bersaksi dengan berkata bahwa dia pernah gagal tetapi mampu bangun lagi, pernah sakit keras lalu bisa sembuh, pernah menderita tetapi sekarang berhasil, dan sebagainya. Dalam benaknya yang ada adalah sekarang aku berhasil mengatasi kegagalan, sakit, penderitaan, dan sebagainya. Atau, bisa terjadi bahwa orang memberikan kesaksian dengan menyampaikan kejelekan dan kelemahan orang lain, agar tampak dirinya baik dan hebat. Orang sangat bangga dengan dirinya sehingga menjadi lupa akan campur tangan Allah dan kebaikan orang lain.


Hari ini Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian tentang siapa Yesus sebenarnya. Tanpa ragu dia mengatakan bahwa Yesus berasal dari atas dan menjadi utusan Allah, yang menyampaikan firman-Nya dan sangat dikasihi-Nya, sehingga Allah berkenan menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Tampak dengan jelas bahwa ketika menyampaikan kesaksian ini, dia mengatakannya dengan gembira dan yakin akan kehebatan pribadi Yesus dan kebenaran yang harus ditunjukkan. Dia tidak merasa tersaingi atau sakit hati atau marah tetapi justru berkata ”Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (ay 30). Dia sungguh rendah hati dan tulus hati memberikan kesaksian ini.


Apa yang kita lakukan ketika memberikan kesaksian? Apakah kita berani seperti Yohanes, yang dengan ketulusan dan kerendahan hati mengatakan bahwa orang lain itu lebih baik dan lebih hebat? Atau, apakah kita justru meninggikan diri sendiri, sebagai yang baik dan hebat, dengan menjatuhkan nama baik orang lain? Suatu pengalaman iman yang indah dan menarik ketika kita bercermin pada diri Yohanes!!!

Dalam kehidupan orang beriman kepada Kristus, hidupnya selalu berpusat kepada Kristus. Hidup dalam perkataan, firman-Nya, dan kuasa-Nya, dan hubungan dengan sesama. Kuasa yang ada di dunia ini hanya sementara, punya deadline, punya batas-batas waktu karena tidak ada yang kekal dalam hidup manusia. Kristuslah yang berkuasa dalam hidup orang yang beriman, perbuatannya adalah perbuatan Kristus, melalui hubungan baik, mengasihi, semuanya telah dikuasai, dihidupi oleh kuasa Kristus. Hidupnya bukannya hidupnya lagi, tapi Kristuslah yang hidup dalam pikiran dan perbuatannya. Sebelum kita mau dengan rendah hati, setia menerima melakukan kehendak Yesus, kita belum dapat menjadi saksi dan alat yang dipakai Tuhan untuk memuliakan nama-Nya. Tuhan menuntut kita hidup sesuai dengan kehendak-Nya, mau merubah sikap. Walaupun kita hidup di dunia ini, kita tidak serupa dengan dunia ini, tapi kita harus mau diubah dan diperbaharui oleh kuasa firman Tuhan. Dengan demikian kuasa Kristus itulah yang merubah: Karena Allah Sudah Mengutus PutraNya dan mengaruniakan RohNya kepada kita maka kita Harus percaya dan menjadi saksi Kristus . Maka dari itu kita harus memiliki 8 sikap ini

1.       Hidup orang percaya menjadi manusia baru.

  1. Orang percaya harus berguna bagi orang lain
  2. Orang percaya berani menghadapi tantangan, penderitaan
  3. Orang percaya berani mengampuni
  4. Orang percaya mau menerima orang lain
  5. Orang percaya mau berkorban untuk memberi
  6. Ada rasa empati dan murah hati
  7. Menjadi berkat bagi orang lain                                                     Amin 

 

 

Penulis Khotbah

 

 

Pdt Budianto Sianturi

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar