Sabtu, 04 September 2021

KHOTBAH EFESUS 4:1-7 MEMELIHARA KESATUAN IMAN

 

MEMELIHARA KESATUAN ROH

(Efesus 4:1-7)

 

Saudara yang terkasih di dalam Kristus Yesus, memelihara kesatuan menjadi bagian sukacita dari sebuah kebersamaan, persekutuan, dan kelompok atau pun organisasi. Dalam kesatuan itu maka kelompok atau persekutuan tersebut akan menjadi kuat. Di dalam kesatuan itu pula tidak menonjolkan ego masing-masing individu namun lebih memandang kebutuhan komunitas dalam kelompok. Perihal kesatuan, setiap individu mampu menerima orang lain di dalam hidupnya dan meniadakan dirinya bagi kepentingan kelompok. Artinya, setiap individu mengutamakan kepentingan bersama daripada diri sendiri. Rasul Paulus pun telah mengatakan kesatuan seperti ini dalam pola hidup jemaat yang berada di Efesus pada masanya. Lebih lagi ditekankan oleh Rasul Paulus untuk mereka memelihara kesatuan Roh.

Kota Efesus memiliki ciri khas yang sangat luar biasa jika berbicara tentang kesatuan. Kota Efesus merupakan kota terpenting di provinsi Roma. Kota ini menjadi pusat perdagangan yang berkembang pesat. Selain perdagangan, keutamaan dalam bidang agama pun meningkat pada pemerintahan Roma maka kuil-kuil dibangun untuk menghormari kaisar Klaudius, Hadrianus dan Severus. Penyembahan-penyembahan pun berkembang sehingga berhala perempuan bernama Artemis dan kuil Diana pun dibangun di Efesus. Pada masanya, banyak orang Yahudi di Efesus memiliki kedudukan yang khas pada zaman kerajaan Romawi mula-mula. Namun seiring itu juga, perkembangan peradaban Yunani pun mengalami kemajuannya di kota Efesus. Hal ini yang membuat terjadi perbedaan secara social dan budaya di tengah-tengah orang-orang maupun jemaat yang berada di Efesus.

Perkembangan budaya dan filsafat di Efesus menciptakan stigma sosial ditengah-tengah kehidupan orang-orang di Efesus. Juga kehadiran beragam penyembahan Diana atau Artemis di kuil-kuilnya yang membuat mereka semakin “lupa diri” terhadap jati diri di dalam Kristus Yesus. Ditambah lagi persoalan keadaan mereka yang cenderung mempersoalkan identitas pengikut Kristus sebagai golongan yang dikhususkan dengan menyebut sebagai golongan Yahudi dan non-Yahudi. Dalam hal inilah rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat yang berada di Kota Efesus agar mereka tetap memelihara identitas mereka sebagai pengikut Kristus dengan tidak mengikuti zaman pada masanya. Itulah sebabnya Rasul Paulus menekankan kesatuan Roh.

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Efesus dengan mengutarakan identitas dan kepribadian mereka yang sesungguhnya dengan menyebut mereka sebagai orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan Kristus. Identitas mereka terlihat dari kehidupan mereka yang mengutamakan kerendahatian, kelemahlembutan, dan kesabaran, serta menunjukkan kasih dalam hal saling membantu. Itulah identitas mereka sebagai kesatuan umat di dalam jati diri Kristus Yesus. Dalam hal ini, mereka tidak mengumandangkan kepada khalayak ramai dengan mengatakan bahwa mereka pengikuti Kristus, tetapi dalam tindakan nyata mereka telah jelas bahwa mereka adalah pengikut Kristus. Kerendahan hati, lemah lembut, sabar, dan kasih merupakan ciri khas hidup di dalam Kristus Yesus. Rasul Paulus tidak mempersoalkan dan mengatakan identitas mereka, apakah mereka sebagai orang Yahudi atau orang non-Yahudi (Ef. 2:11-22), pastinya bagi mereka pengikut Kristus harus terlihatlah keempat hal tersebut di dalam diri seseorang. Sebab Kristus telah mempersatukan.

Rasul Paulus menekankan untuk memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera. Damai sejahtera adalah Kristus itu sendiri, maka di dalam Kristus kita menjadi pelaku dalam sejahtera itu dalam kehidupan kita. Kesatuan Roh yang dimaksud adalah satu tubuh dan satu Roh, satu Tuhan dan Bapa. Kesatuan ini tidak dapat dipertentangkan lagi. Maka dengan ini, Rasul Paulus mengingatkan bahwa tidak terdapat penyembahan lain selain daripada Allah kita di dalam Kristus Yesus oleh RohNya. Maka Bapa di dalam Kristus, juga Roh Kudus menjadi kesatuan bagi umat di dalam Kristus Yesus. Sehingga dalam hal ini, di hadapan Tuhan tidak satupun pihak mengatakan sebagai kaum yang terkhususkan. Di hadapan Tuhan semuanya setara dan sama. Sekalipun bagi tiap-tiap orang telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.

Saudara yang terkasih di dalam Kristus Yesus, Firman Tuhan pada Minggu IX setelah Trinitatis ini mengingatkan kita untuk hidup dalam kesatuan Roh. Firman Tuhan telah diajarkan kepada kita untuk hidup dalam kesatuan tersebut sebagai orang-orang yang telah dimemerdekakan di dalam Kristus Yesus. Cerminan hidup sebagai orang yang tinggal di dalam Kristus akan terlihat dalam kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, dan kasihnya dalam hal saling membantu. Inilah karakteristik orang yang percaya itu, suatu kerinduannya untuk saling membantu dan hidup dalam damai sejahtera Kristus. Serta tetap memelihara bahwa kesatuan Tuhan itu hanya di dalam keTringunggalan Tuhan saja di dalam Allah Bapa, AnakNya Kristus Yesus, dan Roh Kudus sebagai satu kesatuan di dalam Tuhan dan Roh. Amin.

 

 

Penulis Khotbah

Pdt. Albert J. P. Pasaribu, STh

(Pendeta Fungsional HKBP Kisaran Kota)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar