Selasa, 07 September 2021

MULIAKAN ALLAH DI DALAM KEMULIAN-NYA Mazmur 29:1 – 11

 

Muliakan Allah di Dalam Kemulian-Nya

Mazmur 29:1 – 11

Saudara yang terkasih di dalam Kristus Yesus, kata kemuliaan merupakan konsep alkitabiah yang menggambarkan pengalaman mendasar dalam hubungan antara TUHAN Allah dengan manusia. Kemuliaan TUHAN disini menunjukkan penyataan diri, sifat, dan kehadiran TUHAN kepada umat manusia. Hal ini sering digambarkan dalam sejarah keselamatan seperti pada penampakan awan yang memimpin bangsa Israel ketika di padang gurun (Kel. 16:7,10) dan Musa melihat kemuliaanNya (Kel. 24:15-18), kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci (Kel. 40:34,35), kitab sejarah yang menceritakan tentang Bait Allah sebagai tempat di mana kemuliaan TUHAN ditemukan (1 Raj. 8:11; 2 Taw 7:1-3), dapat juga ditemukan dalam Mazmur yang digambarkan sebagai angin topan (Maz. 18:29), serta penggambaran sifat Allah pada waktu yang akan datang kepada dunia (Mzm 57:11;96:3). Ketika kita telah melihat dan menyadari begitu hebatnya kemuliaan TUHAN itu maka terpanggillah kita untuk tetap berada di dalam Dia dan senantiasa memuliakan Dia sebab kita telah melihat kemulianNya.

Dalam Mazmur 29 ini, Pemazmur sangat jelas menggambarkan kemuliaan TUHAN atas dunia ini. Pemazmur menggambarkan kemuliaan itu di dalam  unsur-unsur semesta ini seperti air, guntur, pohon, gunung, padang gurun, rusa betina, hutan, dan juga air bah. Bahkan melalui unsur-unsur alam semesta itu, suara,  kehadiran,  dan karya TUHAN dapat dirasakan dan dialami oleh umat manusia. Oleh karena kemuliaan itu maka Pemazmur mengajak sekaligus mengumandangkan kepada umat manusia untuk menyatakan kemulianNya dalam sujud dan kekudusan. Artinya, pemazmur memberikan pemahaman bahwa hanya kepada TUHAN Allah sajalah penyembahan yang harus dilakukan setiap ciptaan atau bahkan seluruh umat manusia. TUHAN Allah telah nyata memperkenalkan diri dan kemuliaanNya kepada umat manusia maka dengan itu, setiap umat manusia dipanggil dan diperuntukkan untuk memuliakan Dia di dalam kemuliaanNya.

Mungkin saja di dalam pikiran setiap orang masih terdapat kekuatan lain di dunia ini yang mampu untuk membantu manusia keluar dari setiap persoalan kehidupannya. Mungkin saja masih ada manusia yang berserah kepada kekuatan yang berasal dari dunia ini. Tetapi Firman TUHAN hendak menegaskan bahwa semua anggapan dan sikap di atas adalah percuma di hadapan Allah. Sebab segala hal kekuatan dunia ini tidak memiliki daya apapun terhadap umat manusia yang memuliakan Dia. Pemazmur telah menggambarkan kekuatan dan kedahsyatan TUHAN Allah. Di dalam ciptaanNya Allah menyatakan kemuliaanNya yang sesungguhnya jauh dari nalar pikiran manusia. Dengan begitu kita menyaksikan bahwa Suara TUHAN mengatasi ciptaanNya.

Pemazmur menyuarakan bahwa memuliakan TUHAN Allah di dalam kemualianNya bukanlah suatu pilihan alternatif. Memuliakan TUHAN di dalam kemuliaanNya adalah panggilan rohani dan keputusan sikap orang yang mengenal Dia. Kita tentunya bangga dan sangat kagum boleh sujud dan bersembah kepada TUHAN yang memperkenalkan diriNya di dalam kemuliaanNya. Ini menjadi kekuatan orang yang percaya. TUHAN Allah itu dahsyat dan luar biasa (1 Taw. 16:25). Bahkan Dia jugalah Allah yang tidak dapat ditebak dan tidak terselami segala jalan-jalanNya (Yes. 55:8). Hanya kepastian di dalamNya adalah bahwa Dia adalah Allah yang memelihara, memiliki rancangan damai sejahtera, dsb. Ketika setiap umat telah mengenal TUHAN Allah maka tentulah akan menyerahkan dirinya hanya bagi kemuliaan TUHAN Allah saja. Serta kemuliaan, kekuatan, dan sujud hanya kepada dan bagi TUHAN Allah saja.

Saudara/i yang terkasih di dalam Kristus Yesus, pada Minggu I setelah Epiphanias ini mengajak kita untuk semakin mengenal dan merenungkan penyataan Allah yang tampak di dalam kemuliaanNya. TUHAN Allah memperkenalkan kemuliaanNya melalui suaraNYA. Maka umat akan menyerukan kemuliaanNYA dengan penuh sujud dan dengan kekudusan. Hal itu pun telah dilakukan oleh Pemazmur karena ia mengetahui dengan benar bahwa TUHAN Allah yang dimuliakan itu bukanlah Allah yang sembarangan. Tetapi Dia-lah Allah yang maha berkekuatan, berkuasa, dan mulia.

Setelah mendengarkan Firman TUHAN pada perikop ini setidaknya menambahkan sukacita rohani kita. Mengenal dan mengetahui tentang DIA dan kemahakuasaanNYA akan menambahkan percaya kita kepadaNYA. Maka Memuliakan DIA kita lakukan tanpa bimbang ataupun ragu-ragu. Memuliakan TUHAN Allah menandakan bahwa tiada kuasa lain yang setara dengan DIA sebab semuanya itu pun tunduk kepada DIA. Tidak ada rupa-rupa anemisme, dinamisme, ataupun totenisme, dll yang dapat diperhadapkan kepada Kemahakuasaan TUHAN. Oleh karena itu, memuliakan Allah dalam kemuliaanNya ditandai bahwa sujud itu hanya diberikan kepadaNYA saja dan tidak ada unsur penyembahan dan keyakinan lain selain bagi TUHAN saja. Inilah yang disebut dengan monotheisme dan monolatheria, artinya satu keyakinan dan penyembahan hanya kepada TUHAN Allah saja dan tidak ada Allah lain selain daripadaNYA (Yes. 45:21).

Memuliakan Allah merupakan hubungan rohani kita kepadaNYA secara totalitas. Setelah TUHAN Allah menyatakan diri melalui ciptaanNYA di dalam semesta ini, maka setiap umat datang dan menghadap kepadaNYA dengan penuh sujud dan kemuliaan. Ini menjadi sikap rohani kepada TUHAN yang berkemuliaan dan berkekuatan. TUHAN Allah harus dipuji sebagai penguasa dunia umat manusia. IA memperkenalkan “ketakjuban” itu di dalam semua perbuatan-pernuatanNya yang ajaib (Kel. 34:10).

Demikian juga kasihNYA kepada orang yang percaya kepadaNya di dalam Kristus Yesus. Allah telah menyatakan diriNya di dalam AnakNya yang Tunggal itu. Sehingga dengan dan melalui DIA diberikan pendamaian antara manusia yang berdosa terhadap Allah yang maha mulia. Dengan itu juga kemuliaan Allah, bahwa sujud dan penyembahan kita kepada TUHAN Allah melalui TUHAN kita Yesus Kristus. Kita telah menerima kasih pendamaian itu sebagai bentuk kasih yang luar biasa seperti Suara TUHAN di dalam FirmanNya. Maka dari itu, ini jugalah yang menambah iman percaya kita kepadaNYA bahwa di dalam Kristus kita telah dimateraikan kepada kehidupan kekal. Dengan ini juga kita menyuarakan mulialah Allah yang maha kasih dan maha mulia. Kiranya, kita tetap di dalam pengharapan yang besar dan mengenal TUHAN Allah yang maha mulia di dalam Kristus Yesus serta terpanggil untuk senantiasa memuliakan Allah oleh karena DIA adalah Allah yang mulia. Amin

 

Penulis Khotbah

Pdt. Albert J. P. Pasaribu, STh

(Pendeta Fungsional HKBP Kisaran Kota)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar