Sabtu, 04 September 2021

Yunus 3:1-10 Kemurahan Allah yang menyelamatkan

 

Kemurahan Allah Yang menyelamatkan

Yunus 3:1-10

Saudara yang terkasih di dalam Kristus Yesus. Pada topik Minggu Hari Minggu ini kita diberikan suatu perenungan sekaligus penambah sukacita bahwa Allah itu berlimpah dalam kemurahan-Nya. Kemurahan Allah yang tak terlampaui dan tak terbatas. Bahkan pemazmur menggambarkan kemurahan Allah itu dengan ungkapan ajaib (Mzm. 17:7), baik (Mzm. 69:17), berharga (Mzm. 36:8), hebat (Mzm. 117:2), dan lebih baik daripada apapun (Mzm 63:4). Allah di dalam kemurahan-Nya dan kasih setia-Nya merupakan sifat Allah yang dikenal oleh umat dari panjang sejarah keselamatan hingga pada kontemporer masa kini (Kel. 34:6,7; Neh. 9:17, Yun. 4:2,10,11, 2 Kor. 1:3). Maka kemurahan Allah yang menyelamatkan merupakan karakteristik kepeduliaan Allah terhadap setiap manusia.

Kemurahan Allah yang menyelamatkan dapat kita saksikan melalui firman Tuhan pada minggu hari ini. Terlihat sangat jelas bahwa Allah telah merancangkan pemusnahan bagi kota Niniwe (Yun. 3:10) karena kejahatan mereka. Oleh karena itu, pengutusan Nabi Yunus untuk kedua kalinya kepada kota Niniwe bertujuan memberitakan malapetaka dan hukuman (Yun. 3:4) sebab ini merupakan tanggungjawabnya menyampaikan berita itu terlepas apakah diterima atau tidak oleh orang Niniwe. Juga dengan pemberitaan itu, agar setiap orang seisi kota itu mendengarkan Allah yang menyuarakan untuk suatu pertobatan. Tidak berlangsung lama, setiap orang di kota itu bahkan Raja sendiri turut memerintahkan kepada setiap rakyatnya untuk mendengarkan suara Allah itu dan bertobat.

Pemberitaan yang disampaikan oleh Yunus menjadikan orang Niniwe percaya dan bertobat. Sebagai ungkapan lahiriah dari pertobatan dan kerendahan hati yang sungguh-sungguh, mereka berpuasa dan memakai kain kabung. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Ketika suara Allah sampai kepada mereka, hal itu dianggap sebagai sesuatu yang benar dan serius. Sehingga siapapun dan apapun mereka yang berada di kota Niniwe mengharuskan diri untuk mengikuti perintah Allah. Di balik suatu pertobatan itu, harapan mereka akan sebuah pengampunan dari Allah. Inilah berita Firman Allah bahwa mereka yang mengaku dosa-dosanya serta menyesalinya dan berpaling dari kejahatannya maka kemurahan Allah yang menyelamatkan adalah benar dan nyata.

Pada awalnya, Allah telah mendengar segala kejahatan penduduk kota Niniwe dan murka Allah turut di dalamnya. Inilah latarbelakang pengutusan Yunus kepada Niniwe. Tentunya maksud dan tujuan pewartaan suara Allah melalui Yunus agar umat itu menyadari kejahatan mereka dan bertobat. Pada kondisi ini Allah memperkenalkan diriNya sebagai Allah yang adil yang akan membalaskan segala kejahatan dengan hukuman. Namun pada kondisi lain ketika orang Niniwe percaya kepada Allah (Yun. 3:5) Allah menunjukkan kemurahanNya yang menyelamatkan itu. Pada kondisi ini juga Allah adalah kasih. Dengan kasihNya itu Allah tidak menimpakan murkaNya kepada orang Niniwe.

Saudara yang terkasih di dalam Kristus Yesus, pada minggu ketiga setelah Epiphanias ini juga, Allah hendak menyatakan diriNya sebagai Allah yang penuh dengan kemurahanNya. Allah menyatakan diriNya di dalam Kristus Yesus yang menjadi pendamaian kita manusia di hadapanNya (2 Kor. 5:18). Sebagai manusia berdosa sesungguhnya kita tidak layak di hadapan Allah yang adalah TUHAN yang Mahabenar, Mulia dan Kudus. Maka di dalam penebusan Kristus, Allah menyatakan kemurahanNya dalam karya keselamatan itu kepada kita. Sehingga keberdosaan kita sebagai manusia yang hina karena dosa itu telah dikuduskan melalui karya keselamatan melalui Kristus Yesus (1 Kor. 6:11). Itu juga merupakan Kemurahan Allah yang menyelamatkan.

Konteks kehidupan orang Niniwe tidak jauh dari hakikat kita sebagai manusia berdosa. Kejahatan meliputi kehidupan orang Niniwe. Hal ini sangat tidak diinginkan oleh Allah. Keberdosaan kita juga sangat tidak berkenan dihadapan Allah. Akan tetapi, berita keselamatan itu telah sampai kepada kita. Hal yang patut kita syukuri adalah bahwa Tuhan Allah menyatakan kemurahanNya kepada kita. Maka kemurahan Allah yang menyelamatkan itu harus terlihat di dalam kesadaran kita akan kebenaran iman di dalam Kristus Yesus. Rasul Paulus mengatakan bahwa kita bukan lagi menjadi hamba dosa dan kita telah dimemerdekakan oleh darah Kristus (Roma 6:11). Maka kemurahan Allah yang menyelamatkan itu menjadikan kita transformative dalam kehidupan kita yaitu kesadaran akan sebuah pertobatan dan menjadi manusia baru (Kolose 3:10).

Dalam menyambut kemurahan Allah yang menyelamatkan itu maka setiap orang juga terpanggil haruslah bersikap proaktif dalam mewartakannya. Sebagaimana maksud dari pengutusan Allah terhadap Yunus. Yunus menjadi pribadi yang terpilih untuk menyuarakan firman Allah. Tentunya mendengar kejahatan orang Niniwe bisa saja mendatangkan prasangka hal buruk terjadi bagi keselamatan Yunus. Namun firman Tuhan itu haruslah disampaikan. Di dalam kehidupan orang percaya juga ditekankan sikap kesungguhan dalam menggumuli pertobatannya (Mzm. 119:30). Hanya orang yang benar-benar mengaku dosanya yang mensyukuri pengampunan akan dosanya (1 Yoh. 1:9). Besarnya syukur terhadap pengampunan dosa itu akan terlihat dalam kehidupannya untuk tidak “bergaul” dengan sikap-sikap dosa. Hal ini menjadi sikap proaktif orang yang percaya.

Kemurahan Allah yang menyelamatkan itu juga berlaku untuk seluruh umat. Dapat kita sebut keselamatan yang universal. Hal ini tidak memandang satu aspek, golongan, latarbelakang, suku, dll tetapi bagi setip umat dibelahan dunia ini. Ungkapan percaya kepada Allah adalah kuncinya. Tentu kita mengingat keselamatan itu melalui Yesus Kristus (Yoh. 14:6). Hal ini dilatarbelakangi bahwa Niniwe bukanlah bangsa Israel. Niniwe merupakan ibukota Asyur pada zaman dahulu kala. Tentu konsep keselamatan seturut paradigma orang Israel dalam Perjanjian Lama seolah kemurahan Allah yang menyelamatkan hanya kepada mereka saja. Hal itulah barangkali “protes” dari Yunus sehingga mengasingkan diri ke Tarsus. Kemurahan Allah bagi Niniwe menunjukkan bahwa bukan hanya kepada orang tertentu kemurahan Allah yang menyelamatkan itu. Orang tertentu itu bukanlah mengacu karena keberadaan sosialnya, statusnya, peran, jabatan, suku, golongan, latarbelakangan kehidupan, dll. Kemurahan Allah itu nyata bagi semua orang yang mau percaya kepadaNya di dalam Kristus Yesus. Inilah kemurahan Allah yang menyelamatkan secara universal. Amin

 

Penulis Khotbah

Pdt. Albert J. P. Pasaribu, STh

(Pendeta Fungsional HKBP Kisaran Kota)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar